BAGIAN
I
Yanti
dan Roni adalah pasangan suami istri yang memiliki 4 buah hati yang
masih kecil. Mereka menjalankan usaha bersama sejak awal mereka
menikah, namun krisis ekonomi yang melanda dunia termasuk Indonesia
tahun 1998 telah memaksa mereka gulung tikar. Saat itu si sulung
berumur 12 tahun, anak nomor dua berumur 8 tahun, anak ke tiga 7
tahun dan si bungsu berumur 3 tahun.
Setiap hari mereka mencari lowongan pekerjaan di koran koran tapi selalu mengalami jalan buntu sampai akhirnya Yanti melihat iklan lowongan kerja di negeri Paman Sam - USA.
“Ron,
apakah kamu tidak kepingin bekerja di
Amerika ?” tanya Yanti.
“Mau
sih tapi bagaimana caranya yah dan berapa
modalnya ke sana ?” sahut
Roni, “coba nanti kita cari tau apa saja yang diperlukan untuk
bekerja di sana” sambungnya.
Berbagai
cerita mengenai
keberhasilan teman teman mereka di Amerika
sepertinya terus menyentil
telinga dan pikiran
Yanti untuk juga mengadu nasib. Banyak diantara mereka yang berhasil
bahkan beberapa diantaranya malah mendapat jodoh orang bule di
Amerika.
Sore
itu setelah makan malam, Yanti menyalakan kipas angin dan mengeluh
manja kepada suaminya “kapan di Jakarta
turun salju nih ?”
Kebenaran di RCTI sedang menayangkan film Home Alone dimana selimut
salju putih menutupi jalan jalan di
Chicago.
“Ron,
aku sudah tanya tanya mengenai pekerjaan di
Amerika, kayaknya
gampang asalkan punya
visa turis dari Kedutaan Amerika” kata
Yanti.
“Bagaimana
dengan anak anak ?” Roni balik bertanya, “anak anak titipkan di tempat ibuku dan tiap bulan nanti kita kirim uang untuk mereka” jawab Yanti.
Dua
bulan lamanya Yanti dan Roni mempertimbangkan rencana ini dan
akhirnya mereka sepakat untuk merantau ke Amerika mencari kerja.
Sebagai bekal awal mereka menjual rumah, mobil dan semua harta benda.
teruntai
ribuan kata mesra
terarungi
samudra cintajanji suci tlah diurapi
takkan lepas
susah senang slalu bersama
Tahun
1999 Yanti dan Roni mendarat di Amerika dan mulai mencari pekerjaan
baru. Bagi kebanyakan orang Indonesia, negeri Paman Sam sangatlah
menjanjikan masa depan. Itupun terbukti oleh Yanti dan Roni yang baru
8 bulan bekerja
di sebuah restaurant di San Francisco sudah
berhasil mengumpulkan uang ratusan
juta rupiah. Mereka bahagia sekali. Selain dapat mengirim uang ke
orang tua di Jakarta yang merawat kedua anaknya, mereka juga masih
bisa menabung.
Jadwal
kerja mereka 6 hari dalam seminggu, dari hari Selasa hingga Miggu
mulai jam 9 pagi sampai jam 11 malam. Setiap hari Senin mereka
diperbolehkan libur oleh Manager restaurant. Dapat dikatakan hampir
setiap malam mereka tiba di rumah setelah jam 11:30 malam terkecuali
bila restaurant sangat sepi pengunjung maka mereka diperbolehkan
pulang lebih cepat, tapi itupun jarang sekali terjadi.
Malam
itu, mereka baru selesai mandi dan siap untuk merebahkan tubuh
setelah bekerja seharian melayani tamu restaurant. Kebenaran besok
adalah hari Senin dan mereka tidak bekerja jadi bisa bangun agak
siang. Merekapun rencananya akan ke China Town.
“Ternyata
enak juga kerja di sini yah, Ron, biar cape tapi ada hasilnya” kata
Yanti sambil meletakan kepalanya di dada Roni.
“Iya
sih, untung kita ke sini, coba kalau kita masih di Indonesia wah
mungkin kita masih nganggur kali”
jawab Roni.“Besok pagi kita telphone ke Jakarta” sambung Roni.
“Iya” jawab Yanti.
“Aku kangen juga main sama anak anak” sambung Roni sambil mengelus rambut Yanti dengan jemari yang kian berkelana. Yantipun tau apa yang diinginkan oleh suaminya terkasih. Dia mendongakan kepalanya dan menatap mata Roni lalu berkata “Aku sayang kamu, Ron”.
“Iya, aku juga sayang kamu” sahut Roni.
di
atas sana
angan
merajut sebuah impianmimpiku dan mimpimu bersatu
dalam desah asmara
gelora membara
hingga pagi terlupakan
Begitu
harmonis dan hangatnya kehidupan mereka layaknya pengantin baru yang
sedang berbulan madu sambil menikmati keramaian di Fisherman's Wharf
dan China Town San Francisco.
Rasa
rindu seorang ibu
kepada keempat buah
hatinya tak
tertahankan. Maka, Yanti berencana kembali
ke Indonesia untuk beberapa bulan untuk berkumpul bersama anak
anaknya.
“Ron,
besok aku mau ajukan cuti ke boss untuk balik ke Jakarta” kata
Yanti dalam perjalanan pulang ke apartment.
“berapa
lama nanti kamu di jakarta ?” tanya Roni.“mungkin sekitar 8 bulan dan balik lagi ke sini” jawab Yanti.
“wah.....aku nanti kesepian dong sendirian di sini” gurau Roni sambil senyam senyum.
“yah....gak' lah Ron, nanti kamu sering sering telphone aku yah” jawab Yanti manja.
“lagi pula kalau di Indonesianya cuma 1 atau 2 bulan, Immigrasi di Amerika juga malah curiga saat aku kembali lagi ke Amerika” sambung Yanti.
“iya deh” sahut Roni.
Beruntung
sekali manajer restaurant baik hati dan memberikan izin cuti kepada
Yanti untuk kembali ke Jakarta.
Dalam
hati Yanti tidak tega meninggalkan suaminya sendiri di tanah rantau
tetapi diapun ingin sekali bertemu dengan anak anaknya.
Setibanya
di Bandara Sukarno Hatta, Yanti disambut dengan tangis bahagia oleh
anak anak dan orang tuanya.
Satu
bulan pertama Yanti di Jakarta, Roni sering menelphone Yanti dan
ngobrol dengan anak anak, tapi memasuki bulan ke dua Roni sudah mulai
jarang telephone dan selalu memberi alasan sibuk dan cape.
Saat
itu Yanti belum merasakan adanya kejanggalan karena masih dalam
suasana melepas rindu kepada anak anak dan orang tuanya.
Selepas
senja ketika Yanti dan anak anak sedang menyantap makan malam,
terdengar dering telephone.
“Hallo
sayang.....apa kabar ?” suara Roni begitu Yanti mengangkat gagang
telephone.
“sehat
sehat, Ron. Kamu apa kabar ?” tanya Yanti.“sekarang kenapa sih jarang telephone ? sambung Yanti.
“iya nih aku cape” jawab Roni.
“bagaimana kabar anak anak, semuanya sehat sehat ?” tanya Roni lagi.
“sehat semuanya, mereka kangen sama kamu” jawab Yanti.
“Yan, mungkin aku tidak bisa kirim uang ke kamu untuk sementara sebab sejak kamu balik ke Jakarta aku sering sakit sakitan dan jarang kerja jadi penghasilanku berkurang malah sekarang sering pinjam uang dari temanku” keluh Roni dan membuat Yanti sesaat terdiam.
“Oh....iya tidak apa apa aku juga masih ada simpanan di sini. Kamu jaga kesehatan yah” sahut Yanti.
Setelah
beberapa menit bicara dengan anak anaknya Roni menyudahi pembicaraan
dengan alasan ingin melanjutkan pekerjaan.
Sejak
pembicaraan terakhir di telephone itu Roni tidak pernah lagi
menghubungi Yanti dan anak anak, juga tidak lagi mengirim uang. Kalau
Yanti telephone atau kirim sms, Roni tidak pernah menjawab atau
membalasnya.
Hasrat
Yanti kembali ke Amerika kian menggebu untuk mengetahui nasib suami
tercinta.
meliuk
angin
berjubah
pelangiterukir syair di dasar kalbu
bayangmu seketika hadir menaut hati
rasa empedu semanis madu
Malam
itu hujan deras sekali. Sementara Yanti merenung di kamar sendiri
tiba tiba dia menerima telepone dari teman kerjanya di San Francisco,
Linda. Begitu tau itu sahabat karibnya, Yanti langsung menanyakan
keadaan Roni, suaminya.
“Lin,
kabarnya suamiku bagaimana yah ? Sudah 6 bulan ini dia tidak pernah
lagi hubungi aku dan anak anak, bahkan tidak lagi kirim uang” tanya
Yanti.
“lhooo......
makanya ini aku telephone kamu” jawab Linda“semua teman teman di SF tidak ada yang mau ikut campur jadi mereka tidak memberitahu kamu” tambah Linda.
“masalah apaan sih, Lin, kamu koq’ jadi nakutin aku nih” tanya Yanti kembali.
“aku sebenarnya juga tidak mau ikut campur masalah rumah tangga kamu, tapi kayaknya aku harus bilang ke kamu sebab kamu temen baikku” kata Linda yang membuat Yanti semakin penasaran ingin tau lebih jauh.
“Suamimu sudah punya pacar lagi bahkan sudah tinggal bersama dengan pacarnya itu, Yan” jawab Linda dengan agak takut takut.
“ah….ngaco kamu ! gossip murahan. Siapa yang yang bilang dan nyebarin ?” bentak Yanti dengan jantung berdebar.
“ini bukan gosip, Yan, tapi beneran, mungkin kamu sebaiknya balik lagi ke SF, Yan” sahut Linda.
Mereka
berdua semakin serius dalam pembicaraan dan Yanti pun ingin mengorek
informasi sebanyak mungkin dari Linda
mengenai hubungan suaminya dengan pacar gelapnya.
Sejak
itu Yanti terlihat lebih banyak terlihat diam. Kecewa dan terluka
hatinya terkhianati oleh suami tercintanya. Hari harinya yang semula
ceria bersama anak anak tercinta kini suram layaknya sumur berlumpur.
mata
terpejam
terlintas
wajah kekasihdosa tertanam di dalam sekam
tercium bau penghianat cinta
Sejauh
mata memandang, hanya hamparan landai kosong terpampang. Gulungan
debu kering kerontang menggulir ranting di jalan tak berujung. Tiada
lagi mentari pagi, tiada juga kilau pelangi. Butiran bening di pipi
memancar luka di hati.
Sepertinya
gejolak hati Yanti tidak tertahan lagi dan dua bulan berikutnya dia
kembali ke San Francisco tanpa sepengetahuan suaminya. Setiba di
bandara San Francisco, Yanti dijemput oleh Linda dan mereka langsung
menuju ke apartment Linda yang tidak terlalu jauh lokasinya dari
apartment dimana Roni bersama kekasih gelapnya tinggal.
Kisah
tentang perselingkuhan sesama pendatang illegal dari Indonesia di
Amerika
bukanlah
cerita semu tetapi nyata adanya.
Mereka
tidak dapat menuntut atau melakukan sesuatu yang dapat memancing
pihak Kepolisian turun tangan untuk menyelesaikan masalah mereka
karena mereka adalah pekerja dan penduduk illegal di Amerika.
Konsekwensinya bila mereka tertangkap pihak polisi immigrasi, maka
mereka akan dideportasi / diusir balik ke negara asal.
Surya
mulai terbenam, dari dalam mobil dengan degup jantung berdebar Yanti
menanti suaminya datang ke apartment kekasih gelapnya. Sebuah Honda
Accord hitam meluncur dan parkir di depan gerbang apartment. Di
dalamnya tampak sepasang pria dan wanita dimana Yanti sangat mengenal
betul wajah si pria yang ternyata adalah Roni. Sedangkan wanita yang
bersama Roni adalah Shinta yang memang sudah terkenal sebagai wanita
penggoda pria. Shinta sendiri juga sudah memiliki suami yang bekerja
pada malam hari. Anehnya, suami Shinta seolah tutup mata dengan
prilaku istrinya tersebut dan memberi “restu” kepada Shinta
dengan tujuan memoroti uang para pria hidung belang.
Mereka
berdua keluar dari mobil dan terlihat akrab sekali layaknya sepasang
burung dara sedang kasmaran. Tangan mereka saling merangkul dan
saling bersentuh bibir.
“Roniiiiiii.....”
teriak Yanti dari seberang jalan dan membuat pria tersebut terhentak
menengok ke arah suara.
Tanpa
berkata sepatah katapun Yanti langsung menghujamkan bertubi tubi
pukulan ke tubuh Roni yang terkangkap basah seperti tikus got di
dalam kerangkeng. Roni pun tidak melakukan perlawanan apapun
melainkan hanya menerima pukulan Yanti.
Linda
mencoba untuk melerai mereka agar tidak memancing perhatian
masyarakat sekitar untuk memanggil Polisi. Setelah puas memukuli
Roni, Yanti pun mulai menangis dan terbata bata: “delapan bulan aku
dan anak anak menanti kabar darimu, dimana tanggungjawabmu sebagai
suami dan ayah ?”
“lihatlah
dirimu dan pelacurmu itu ! Sudah puaskah kau menyakiti aku ?”
tambahnya.
Roni
tidak berkata apa apa dan menyuruh Shinta kekasih gelapnya masuk ke
dalam apartment. Sesekali tangan Yanti masih memukuli tubuh Roni
sambil menyebut Roni bajingan pembohong.
Seberkas
asa terbalut debu
bisu
tiada getarmakan tak dikejar
minum tak diburu
hanya isak lamunan di dasar kalbu
terpendam luka tergores bara
Selama
7 tahun Yanti hidup di bawah satu atap dengan suami yang jelas jelas
memiliki pacar gelap dan tidak pernah lagi memberikan penghasilannya
ke Yanti apalagi transfer uang ke anak anak. Yanti dan Roni pun
hampir tidak pernah bertegur sapa.
Jadi,
selama 7 tahun itu pula Yanti bekerja selama 16 jam sehari sebanyak 6
hari seminggu, di restauran dan loper koran. Tujuh hari seminggu
bekerja sebagai loper koran. Dia tidak pernah memikirkan kesehatannya
apalagi merasa lelah. Dia hanya bekerja, bekerja, bekerja dan
bekerja.............
Setiap
selesai makan malam, Roni langsung ke tempat kekasih gelapnya dan
kembali selepas tengah malam atau terkadang tidak pulang.
Ingin
rasanya Yanti bercerai tetapi dia masih terikat janji suci
perkawinannya.
Risma,
anak sulung Yanti tau apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Risma
pun menyuruh Yanti untuk kembali ke Jakarta dan dia ingin bekerja
menanggung keluarga.
“mama
tidak usah terlalu banyak pikir mengenai papa, biar papa tinggal
bersama pacarnya dan mama pulang saja, ma, aku cukup lulus SMA saja
dan biar aku nanti yang bekerja” ujar Risma kepada Yanti di
telephone.
Yanti
berusaha untuk bicara tegar menahan kepedihan hatinya, dan mencoba
untuk meyakinkan anak sulungnya untuk tetap kuat menerima kenyataan
hidup.
“Risma,
ketika kalian berempat lahir ke dunia ini, mama sangat bersyukur
karena kalian adalah berkat Tuhan untuk mama. Mama tidak akan menyia
nyiakan kalian, nyawapun akan mama korbankan untuk masa depan kalian”
kata Yanti kepada Risma anak sulungnya.
“Mama
juga sudah tidak berpikir lagi mengenai papamu, biarlah mama akan
tanggung semua derita ini. Pokoknya yang mama mau kalian harus
sekolah sampai selesai dan mama minta tolong kamu untuk menjaga adik
adikmu” sambung Yanti.
Setiap
pagi, siang dan malam Yanti berdoa agar Tuhan selalu memberikannya
kesehatan dan kekuatan agar dia bisa bekerja untuk mengumpulkan uang
demi keempat anak anaknya. Dia juga tidak lagi memikirkan suaminya
yang telah berkhianat.
Ketika
tubuh sujud berdoa, dengan tetesan air mata Yanti berkata dalam hati
“aku harap suatu saat nanti kalian tau betapa besar cintaku kepada
kalian dan kenapa aku melakukan semuanya ini”.
Sore
itu Yanti mendapatkan izin untuk pulang lebih awal karena tidak enak
badan. Setibanya di apartment, Roni menghampirinya dan mengajaknya
bicara.
“aku
merasa bersalah dan berdosa. Sekian tahun lamanya aku telah
menelantarkanmu dan anak anak” kata Roni lemah.
“aku
mohon diberikan kesempatan untuk kembali kepadamu” kata Roni lagi.“aku tidak enak badan dan tidak enak ngomong” kata Yanti sinis sambil masuk ke kamar dan menutup pintu kamar.
Begitu
melangkah ke dalam kamar, Yanti merasa kakinya lemah tak mampu
berdiri. Degup jantungnya berlari cepat. Ingin sekali dia berteriak
namun bibirnya terkatup rapat. Tubuh lunglai tersungkur layu,
bersandar pada daun pintu. Dia hanya dapat menangis.
semburat
jingga menebar pesona
menjelajahi
liku hidupterajut kenangan
mengupas noda pada butiran cinta
Sekitar
dua bulan lamanya Roni menjadi “anak baik” dan tidak lagi
berhubungan dengan Shinta.
Di
keheningan malam dimana langit tak berbintang, bayang bersembunyi di
balik kelam. Rintihnya tak bersuara dari dasar rumpun bambu di antara
bukit dan lembah.
“Ron,
apakah kamu benar benar mencintaiku ?” tanya Yanti
“seandainya
ada wanita lain di hatimu, tolong jangan sakiti aku lagi, dan kamu
boleh pergi” tambah Yanti.“Yan. Aku menyadari semua kesalahanku di masa lalu dan berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi” jawab Roni.
“bila kamu menghianitiku lagi, kita tidak akan pernah bertemu lagi” ancam Yanti dengan sorot mata tajam.
“iya aku berjanji” kata Roni.
“Aku juga ingin kita pindah ke lain negara bagian dan memulai yang baru” tambah Yanti
jemari
terus menggores pena
bersyair
demi seberkas asa bila ada tersisa cinta
biarlah terajut kembali benang benang asmara
Merekapun
pindah ke Florida dan mencoba memperbaiki hubungan mereka. Sejak
mereka kembali bersama, Roni juga menyerahkan seluruh penghasilannya
kepada Yanti.
Setelah
bertahun tahun tinggal di Amerika merekapun merasa sudah kepalang
tanggung dan ingin menetap di Amerika secara resmi. Komunikasi dengan
anak anak hanya dilakukan melalui internet dan telephone.
Political
Asylum atau Swaka Politik sangat popular bagi para pendatang dan
pekerja Illegal di Amerika. Bila permohonan swaka politik seseorang
dikabulkan maka orang tersebut akan menjadi penduduk resmi yang dapat
tinggal dan bekerja secara resmi di seluruh negara bagian di Amerika.
Hal ini juga menarik perhatian Yanti dan Roni untuk mendapatkannya.
Hingga saat ini status keimigrasian mereka masih dalam proses, dan
merekapun tetap bersabar menanti dengan penuh harap suatu saat
pemerintah Amerika mengabulkan permohonan Asylum mereka.
Seiring
detak jarum jam dan bergulirnya waktu, kini sudah 15 tahun mereka
tidak bertemu dengan anak anaknya.
Risma,
si sulung akhirnya mampu menggenyam pendidikan sampai D3 dan kini
bekerja di perusahaan export import sebagai Branch Manager.
Anak
nomor 2 meraih gelar Sarjana-nya dari New Zaeland.Anak ke 3 dan anak ke 4 masih kuliah di universitas swasta di Indonesia dan rencananya setelah lulus Sarjana mereka akan datang ke Amerika untuk melanjutkan program Pasca Sarjana (Master Degree) dan sekaligus berkumpul dengan orang tua mereka.
Yanti
dan Roni tidak pernah lagi menemukan cinta seperti yang pernah mereka
miliki dulu. Selembar kabut ungu telah menghalangi menyatunya kembali
sebuah cinta sejati.
Ayun
kaki terus melangkah pergi memunguti butiran butiran cinta yang
tercecer di jalan setapak. Dengan menggenggam setitik asa, bayangnya
sabar menghitung lembaran
daun yang gugur sambil menanti keringnya luka di hati.
Tamat.
Raymond
Liauw
Cedar
Park – Texas.
No comments:
Post a Comment