Sunday, October 9, 2016

HALLOOO.... GERINDRA. HANYA ITUKAH KEMAMPUAN dan SENJATA KALIAN ???




Sebaik baiknya Jokowi, mereka akan bilang Prabowo lebih baik.
Sepandai pandainya Jokowi, mereka akan bilang Prabowo lebih pandai.
Bahkan seberhasil apapun Jokowi, merekapun tetap akan bilang Prabowo dapat jauh lebih berhasil bila Prabowo yang jadi Presiden.



Apalagi Ahok yang cuma tingkatan Gubernur ditambah lagi dari kaum minoritas, sudah pasti dianggap gagal menangani DKI.


Ada hal yang mereka abaikan tapi tak bisa mereka hindarkan bahwa kekuatan Jokowi Ahok bukan hanya pada Prestasi Nyata yang telah mereka perlihatkan tetapi juga kekuatan rakyat yang telah melihat hasil kerja mereka berdua.
Rakyat yang sudah muak dengan pemimpin santun dalam aksi korupsi.
Rakyat yang sudah jengah dengan pemimpin yang bertameng ayat ayat suci untuk menutupi kebobrokannya.
Rakyat yang sudah bosan dengan janji janji politik tanpa perbaikan.


Betapa busuk dan rendahnya akhlak anda yang mengatakan bahwa parpol parpol yang mendukung Ahok adalah musuh umat Muslim dan menistakan Islam.


"Hanya itukah kemampuan anda dan Cuma itukah senjata anda untuk mengalahkan seorang Ahok ??"


Lihatlah berapa banyak kader partai anda yang tersangkut kasus korupsi, memakan uang kesejahteraan rakyat kecil. Pada periode 2014 - 2015, ada ratusan karyawan perusahaan milik Ketua Umum parpol anda tidak menerima gaji hingga berbulan bulan. Mudah mudahan kini para karyawan kecil tersebut telah menerima haknya sebagai karyawan.
Apakah semuanya itu yang menurut anda sesuai dengan ajaran Islam ??? menginjak injak hak rakyat kecil, menelantarkan karyawan kecil berserta keluarganya.


Ahok memang bukanlah seorang Muslim tapi beliau malah menginginkan anak anak DKI berusia 12 tahun sudah Khatam Al'Quran. Beliau mendirikan dan memperbaiki kondisi banyak masjid. Beliau pun mengirim puluhan marbot yang tidak mampu untuk ibadah Umroh ke Tanah Suci secara gratis. Beliau menata DKI dan mendidik warga DKI untuk hidup sehat dan tidak lagi tinggal di "kandang ayam" di pinggir kali.


Anda telah mempertontonkan ketololan anda dan ketidakmampuan anda dengan menghasut orang lain hanya untuk melawan 1 (satu) orang Ahok.
Sepertinya otak anda masih belum kering layaknya kolor basah yang masih perlu dijembreng.


- Raymond Liauw -

MENANTI LANGKAH LULUNG




Hubungan baik antara Ruhut dan Ahok sudah terjalin sejak Ahok masih di Komisi II DPR. Jadi, saya yakin banyak orang yang tidak heran kalau Ruhut mendukung Ahok di Pilkada 2017.
Yang banyak orang terkagum kagum adalah ketika Ruhut mengambil langkah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Koordinator Polhukam di Partai Demokrat (PD) bahkan siap untuk didepak oleh SBY dari partai karena tidak mendukung CaGub dari PD yang merupakan anak kandung SBY sendiri, yang berarti Ruhut juga siap untuk meninggalkan kursinya sebagai anggota DPR. Suatu langkah cukup berani dan cukup gila dari si "Poltak" ini.


Langkah Ruhut Sitompol itu pun kemudian disambut positive oleh Teman Ahok juga para Parpol pendukung Ahok Djarot, yang kemudian memasukan namanya ke dalam TimSes sebagai JurKam pemenangan Ahok – Djarot.


Sebagai orang merdeka, Ruhut memang memiliki hak untuk menentukan pilihannya walau hal tersebut bisa dianggap sebagai suatu penghianatan terhadap parpolnya.


Seperti yang kita ketahui bahwa suara PPP terpecah dalam hal dukungannya untuk Calon Gubernur DKI.
Kubu Romi telah mendeklarasikan mengusung pasangan Agus - Sylviana, sedangkan kubu Djan Faridz akan mendukung petahana Ahok – Djarot.


Perpecahan suara dalam suatu parpol adalah hal biasa di alam demokrasi. Namun, yang bakal dijadikan pertunjukan menarik adalah ketika Wakil Ketua DPRD DKI, Haji Lulung yang selama ini dikenal sebagai musuh bebuyutannya Ahok kini tengah dipersiapkan untuk menjadi JurKam pemenangan Ahok - Djarot oleh PPP kubu Djan Faridz, kubu dimana Lulung bernaung.


Saya masih ingat meme meme editan photo Lulung bertebaran di sosmed yang dimulai dari penertiban PKL Pasar Tanah Abang dimana Lulung dicurigai sebagai beking para PKL melawan Ahok, hingga kasus Ahok membongkar adanya Anggaran Siluman dalam APBD sebesar Rp.12 Trilyun.


Bila benar pernyataan Djan Faridz kepada wartawan, kemudian Lulung benar benar ditunjuk oleh partainya menjadi JurKam pemenangan Ahok - Djarot, apakah Lulung memiliki keberanian untuk menolak tugas tersebut apalagi sampai siap meninggalkan partai dan kursi Wakil Ketua DPRD seperti yang dilakukan oleh si "Poltak" Ruhut ???


Semakin mendekati masa kampanye Pilkada DKI, rakyat Indonesia khususnya warga DKI semakin disuguhi dengan berita manufer politik menarik. Apalagi nanti ketika ketiga Ketua Umum Parpol: Megawati, SBY dan Prabowo turut turun gunung berkampanye demi kemenangan CaGub usungannya.


Sayapun melihat bahwa Pilkada DKI jauh lebih seru dan menarik dibanding pemilihan Presiden USA, Trump vs Hillary yang keduanya sama sama Pembohong.


Selamat pagi dan sehat selalu.
Raymond Liauw

TAX AMNESTY dan GERINDRA




Selama dua bulan hingga akhir bulan September ini, pemerintahan Jokowi mencatat sebuah sejarah baru dengan berhasil memperoleh penerimaan Tax Amnesty sebanyak Rp.53,62 Trilyun, jumlah uang yang tidak sedikit dari para pengemplang pajak.
Berita baik inipun diiringi dengan secara terus menerus menguatnya rupiah hingga ke tingkat Rp.12980 per USD.


Inilah yang dikhawatirkan oleh negara negara tetangga khususnya Singapore yang sepertinya sudah melihat gejala awal ambrolnya perekonomian di negara tersebut.


Bila Jokowi tidak memberikan Tax Amnesty kepada para pengemplang pajak tersebut, kagak bakalan mereka mau menarik uang mereka yang "diparkir" di luar negeri kemudian ditaruh di Indonesia.
Mendingan itu uang tetap diparkir di luar negeri supaya tidak bayar pajak ke pemerintah Indonesia, namanya juga Pengemplang Pajak. Jadi, langkah Jokowi adalah sudah tepat, ibaratnya kini Indonesia sedang mengumpulkan uang basah lalu menjemurnya agar kering kemudian digunakan untuk membangun negara.


Kita semua masih ingat bagaimana ngototnya Gerindra secara bulat bulat menolak RUU Tax Amnesty ini dengan alasan bertentangan dengan rasa keadilan bagi mereka yang patuh pajak.
Namun dalam kenyataannya kini, gara gara keberhasilan Tax Amnesty ini nama Jokowi kian melambung diantara para pemimpin dunia.


Tidak terbayang bila pemenang pemilu bukanlah Jokowi, kemudian orang macam Fadli Zonk diangkat oleh junjungannya menjadi Menteri Keuangan........
Bisa bisa Indonesia bukannya menjemur uang basah tapi malah menjembreng kolor demek.


Selamat pagi dan sejahtera selalu.
Raymond Liauw

BELA NEGARA vs BELA MALING IKAN




Sejak beberapa bulan lalu rakyat Indonesia khususnya warga DKI disuguhi lakon "kagetan" para politikus yang salah satunya adalah mantan menteri kabinet yang juga seorang Professor, Yusril Mahendra.


Begitu ngototnya beliau menentang setiap kebijakan petahana Gubernur Ahok mulai dari pengelolaan sampah Bantar Gebang, penggusuran, hingga aturan cuti kampanye.


Hampir setiap hari kita bisa membaca berita mengenai Professor yang satu ini mulai dari blusukannya ke pasar dengan kaos mikimos, makan di pinggir jalan, pertemuan anti Ahok bersama FPI, hingga hadir di sidang MK.


Bila anda memang punya hati dan berniat membela kepentingan rakyat banyak, semestinya perjuangan anda di MK melawan Ahok tidak berhenti hanya karena anda tidak terpilih menjadi CaGub.


Membela kepentingan negara dan rakyat banyak memang tidak perlu berharap untuk terima bayaran. Lain halnya bila anda membela pencuri ikan di laut NKRI yang bila menang atau kalah anda akan tetap menerima bayaran dari si pencuri yang anda bela.


Seperti yang sudah kita semua tebak sejak awal bahwa kini setelah beliau tidak terpilih menjadi CaGub DKI karena tidak ada partai yang tertarik dengan beliau, bahkan PAN yang sudah mendukungnya pun menarik dukungan lalu pindah ke CaGub lainnya. Sang Professor pun menarik diri dari keterkaitannya dalam cuti kampanye di MK melawan Ahok.


Sepertinya sang Professor pun tidak akan lagi makan di kaki lima apalagi panas panasan ngobrol dengan para penghuni "kandang ayam" di pinggir kali yang kena gusur dan tidak mau direlokasi ke rumah susun oleh Pemprov DKI.


Demikianlah akhir perjalanan seorang Professor Yusril menapaki kegagalannya menjadi CaGub DKI.


Lain kali kalau anda mau maju menjadi CaGub ikutilah cara Sandiaga Uno yang sukses setelah aksi emak emak melempar sempak warna pink ke Balaikota. Atau anda juga dipersilahkan menggelar aksi jembreng kolor anda di depan istana negara kalau ingin menjadi CaPres 2019.


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw


KEIMANAN, KEANGKUHAN dan BENCANA




Rentetan peristiwa bencana alam sepanjang 2016 terjadi di banyak negara. Beberapa diantaranya:

 
Pada bulan February gempa di Taiwan menelan korban 117 jiwa.
Pada bulan April gempa berkekuatan 7.8 magnitute menghantam negara Ecuador yang menelan korban paling sedikit 673 jiwa.
Pada bulan June banjir di negara bagian West Virginia, USA sedikitnya telah menelan korban jiwa sebanyak 26 orang.
Pada bulan Agustus gempa di Italy mamakan 297 jiwa.
Bencana alam banjirpun juga melumpuhkan sebagian aktivitas warga Jakarta pada bulan Maret 2016. Bahkan beberapa LSM meminta Gubernur Ahok untuk meminta maaf kepada para korban banjir.

Melihat berita banjir bandang di Jawa Barat saya sempat berpikir kenapa bencana ini harus terjadi ?? Padahal Gubernur Jawa Barat sudah merencanakan sebuah proyek besar dengan membangun sebuah rumah ibadah masjid megah yang akan menghabiskan dana trilyunan rupiah.
Bila saja seorang Ahok yang menjadi Gubernur di sana mungkin akan banyak orang bilang bahwa bencana tersebut adalah sebagai azhab Allah kepada rakyatnya karena mereka memiliki pemimpin non muslim.


Bagaimanapun juga bencana alam tidak akan pernah memihak kepada mereka yang menyebut dirinya beriman maupun mereka yang disebut kafir.
Kekuatan alam tidak akan pernah dapat dihadang oleh manusia manapun. Hanya sujud dan kepasrahan yang dapat kita lakukan. Tentunya kitapun harus melakukan sesuatu agar dampak bencana tersebut tidak menjadi lebih parah karena manusia diberi akal oleh Tuhan.


Lantas, apakah kita masih akan terus tegar angkuh menempatkan diri kita sebagai manusia exclusive merasa sebagai "tangan kanan dan tangan kiri" Allah lalu menunjuk hidung orang lain yang berbeda, mengharamkannya bahkan menvonisnya pasti masuk neraka hanya karena mereka bukanlah seiman dengan kita ?????


Semoga Allah memberikan ketabahan kepada para keluarga korban banjir bandang di Jawa Barat.


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

THE ELEGANCE OF MEGAWATI


 
Menjegal Ahok pada Pilkada 2017 bisa dibilang sebagai sebuah proses melengserkan Jokowi dari kursi Presiden.
Sedangkan mengumpulkan suara rakyat untuk menjadi partai pemenang pemilu apalagi sekaligus berhasil mengantar Jokowi menjadi Presiden RI sangatlah tidak mudah. Jadi, sangatlah terlalu riskan bagi PDIP untuk tidak mendukung Ahok pada Pilkada 2017, apalagi sampai bergabung dengan parpol yang memang nyata nyata menentang setiap kebijakan Jokowi.



Kalau kita lihat profile mereka yang menentang Ahok: PKS, Gerindra, Amien Rasis, Yusril Mahendra, Ratna Sarungprepet, A Dhani, Rizal Ramli, mereka semua adalah para penentang kebijakan Jokowi. Malahan Rizal Ramli dipecat dari kementrian akibat menentang rencana reklamasi. Masih menempel di ingatan kita bagaimana Mbah Amien membela Prabowo saat Pilpres dan menyerukan Perang Badar untuk melawan Jokowi.


Ahok seperti sebuah tank panser yang mengawal dan melanjutkan program program yang telah disusun bersama Jokowi saat Jokowi masih berkantor di Balai Kota.
Dia tidak pernah peduli siapapun orangnya baik DPRD maupun Menteri kabinet, kalau menghalanginya tetap akan dihajar digusur. Bahkan termasuk para kader PDIP yang juga merupakan partai dimana Jokowi bernaung dan dipimpin oleh "ibu angkat"nya, Ahok pun tidak segan segan menggilasnya. Saya katakan Megawati sebagai "ibu angkat" Ahok (dengan tanda petik) karena kedekatan hubungan Megawati dengan Ahok seperti seorang ibu dengan anaknya.


Berbagai kritik, hujatan bahkan penghalauan oleh pasukan nasi bungkus untuk menyerang Ahok, namun dukungan warga DKI yang waras untuk tetap mendukung Gubernur fenomena ini kembali menjadi orang nomor satu di PemProv DKI tidaklah kunjung surut.


Bila PDIP sudah bergabung dengan Nasdem, Hanura dan Golkar untuk mendukung Ahok, tinggal 1 harapan para Kampret untuk dapat menumbangkan Ahok, yaitu tidak lain dan tidak bukan hanya dengan cara menjual ayat ayat suci Quran untuk menciptakan issu Agama dan Ras, lalu berharap warga DKI membelinya. Masjid pun dijadikan lapak emperan kaki lima demi kepentingan politik semata.


Bukankah beberapa waktu lalu sebagian kader PDIP memilih untuk bergabung dengan Koalisi Kekeluargaan untuk menumbangkan Ahok ???
Aaahhhhhh.............. Ternyata mereka hanyalah gelondongan upil yang menyumbat aliran pernapasan di hidung.


Keputusan tetap berada di telapak tangan Megawati yang berhasil melihat bagaimana antusiasnya warga DKI menyambut Ahok, berselfi ria bersama Ahok dan kinerja Ahok dalam meningkatkan taraf hidup & memanusiakan warga DKI.


Dengan sorot mata yang tajam, seekor burung Cendrawasih masih tegak berdiri di atas Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya sambil menanti langkah anggun seorang Megawati bersama PDIP dan Jokowi untuk mensejahterakan rakyat NKRI dari Sabang hingga Merauke.

Salam Dua Periode untuk Jokowi (RI 1) dan Ahok (DKI 1) !!!


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw