Menanggapi seruan
seorang aktivis wanita keturunan Tionghoa kepada warga Jakarta untuk
tidak memilih Ahok pada Pilkada 2017, saya pikir sangatlah wajar
dalam pertarungan memperebutkan kursi nomor satu di Pemprov DKI
dengan pengelolaan APBD sekitar Rp. 67 Trilyun per tahun.
Mungkin karena
pengaruh zaman penjajahan dimana orang orang Cina di Indonesia sering
diperlakukan istimewa setingkat di atas warga pribuminya.
Setelah
zaman kemerdekaan sebenarnya sudah tidak perlu lagi kita
permasalahkan istilah Pribumi dan Non Pribumi.
Namun dalam
kenyataannya, hingga saat ini tidak sedikit orang Tionghoa di
Indonesia apalagi yang tinggal di kota kota besar masih merasa
dirinya tetap exclusive.
Sebelum era
Jokowi - Ahok menjadi Gubernur DKI, saya yakin sedikit sekali orang
Tionghoa yang mau datang ke Kelurahan. Mereka biasanya menyuruh
pegawai Kelurahan datang ke rumahnya untuk mengurus surat surat
termasuk membuat KTP. Saat KTP perlu tanda tangan, si petugas datang
ke rumah lalu membawanya untuk dilaminating. Setelah selesai
laminating, si petugas datang kembali ke rumah si Tionghoa untuk
menyerahkan KTP asli. Tugas selesai dan si petugas kelurahanpun
terima upah keringat yang disepakati. "Tuan Besar" dilayani
seperti "Raja" oleh petugas kelurahan.
Terlepas dari
salah atau benar nya si Tionghoa melakukan praktek sogok menyogok
kepada petugas kelurahan tersebut, anda dapat menilai. Tetapi satu
hal yang pasti adalah bila si Tionghoa tidak melakukannya maka semua
surat dan urusannya akan dipersulit dan diperlambat oleh para petugas
kelurahan, yang mengakibatkan si Tionghoa menjadi serba
salah.
Memberi uang dibilang nyogok. Tidak memberi uang, masalah
kepengurusan diperlambat dan dipersulit.
Dalam hal ini
saya melihat system birokrasi Pemda DKI sebelum era Jokowi Ahok
sangat penuh dengan korupsi. Masalah mudah dipersulit, masalah sulit
dipermudah. Semuanya uang berbicara.
Sedangkan
saat kini, mungkin masih ada praktek demikian tapi sangat sedikit.
Pembenahan tata
kota Jakarta kian nampak dimana Pemprov semakin galak melakukan
pembongkaran rumah "kandang ayam" di pinggir kali dengan
memindahkan warganya ke rumah susun yang jauh lebih layak untuk
ditempati oleh manusia.
Tidak hanya
sampai disitu, Gubernur Ahok juga memberikan banyak fasilitas untuk
warganya seperti KJP, subsidi beras, daging murah, RPTRA, bis Trans
Jakarta gratis untuk warga yang tinggal di rusun, penataan PKL,
pinjaman uang untuk usaha, mengatasi banjir, hingga penghapusan pajak
untuk rumah yang harganya di bawah Rp.1 Milyard. Mungkin masih ada
lagi yang belum saya sebut.
Ahok bukanlah
seorang Malaikat apalagi Tuhan untuk dipuja puji karena tidak
memiliki dosa. Ahok hanya manusia biasa yang setiap saat bisa berbuat
kesalahan.
Perlu diingat bahwa seorang Ahok yang bernama lengkap
Basuki Tjahaya Purnama hanyalah seorang pembantu yang bekerja untuk
rakyat di sebuah kota metropolitan.
Bila anda adalah
seorang keturunan Tionghoa yang tinggal di DKI dan memiliki KTP DKI
tetapi tidak melihat perubahan perubahan positive yang terjadi di DKI
seperti yang saya sebutkan di atas, sedangkan anda masih mau memilih
Ahok sebagai Gubernur DKI, maka akan saya katakan bahwa anda adalah
Tionghoa Goblok.
Janganlah memilih
Ahok hanya karena beliau sesama ethnis Tionghoa seperti anda, apalagi
hanya karena beliau adalah seorang Kristiani.
Masih banyak
Calon Gubernur yang jauh lebih sopan, agamais dan jujur walaupun
mereka masih perlu membuktikannya seandainya mereka terpilih menjadi
Gubernur DKI nanti. Mudah mudahan mereka tidak seperti Gubernur
Gubernur lainnya di Indonesia yang kalau tertangkap karena korupsi
hanya bisa bilang "maaf saya Khilaf" sambil cengengesan di
depan kamera TV.
Namun, seandainya
anda telah melihat banyak perubahan positive yang dilakukan oleh Ahok
untuk rakyat dan Kota Jakarta, tetapi anda malah membenci beliau,
sesungguhnya anda adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa yang
menjadi musuh warga Jakarta juga musuh bangsa Indonesia yang
mendambakan pemimpin jujur dan berani mati demi menghapus budaya
korupsi di bumi Pertiwi. Anda adalah seorang Tionghoa perusak moral
generasi penerus bangsa Indonesia.
Selamat pagi dan
sehat selalu.
Raymond Liauw