Tuesday, February 24, 2015

DEMI BANGSA DAN NEGARAKU (Cerita Pendek)


Bukan hanya karena posisinya sebagai Wakil Ketua CIA, Ashley Covington juga sangat disegani oleh para petinggi Gedung Putih karena sifatnya yang keras dan dingin dalam menghadapi setiap persoalan.

Beratnya tugas dan tekanan yang sering datang baik dari para senator bahkan Presiden sekalipun tidak mengurangi kemesraannya dengan Olga Kruchev, wanita Rusia yang dinikahinya sejak tahun lalu.


Perkenalan Ashley dengan Olga dimulai ketika Ashley sedang bertugas dan mengalami luka tembak di Bosnia beberapa tahun lalu. Selama di rumah sakit, Olga lah yang merawat Ashley dengan sabar sehingga rasa cinta di antara mereka berdua yang berbeda bangsa dan bahasa itupun merebak hingga ke pelaminan.


Robert Reagor adalah salah satu anak buah terbaik Ashley yang telah mengabdikan dirinya bekerja untuk CIA selama lebih dari 10 tahun dan pernah memperoleh empat bintang jasa dalam menangani beberapa kasus, tetapi sifatnya yang angkuh dan sangat berambisi dalam karir, membuatnya kurang disenangi oleh rekan rekan kerjanya.


Ketika Robert mengetahui rencana Ashley untuk melimpahkan sebuah proyek operasi yang sedang ditangani oleh salah satu rekan kerjanya, dengan tiada sungkan dia sering menemui Ashley baik di kantor maupun di rumah walaupun Ashley sedang menikmati waktu senggangnya bersama Olga.

Di sisi lain, Ashley terus mendapat tekanan dari atasannya untuk segera menuntaskan proyek tersebut, maka dengan berat hati Ashley pun membebas tugaskan Matthew McDonald, kemudian menyerahkan proyek tersebut kepada Robert.


Sore itu di salah satu ruang kantor CIA di Virginia, tiga orang sedang membicarakan masalah serius.

Kamu sudah menangani kasus ini hampir satu tahun tapi hingga hari ini belum ada titik terang sedikitpun” ujar Ashley sinis kepada Matthew.
Matt, ini adalah perintah atasan, untuk sementara waktu kamu boleh beristirahat sampai ada proyek berikutnya dan semua berkas akan kualihkan kepada Robert” sambung Ashley dengan lirikan mata ke arah Robert yang sejak tadi memasang wajah sumringah.


Matthew yang tahun depan akan genap 4 tahun bekerja sebagai agen CIA hanya terdiam pasrah sambil memandangi tattoo bunga mawar di pergelangan tangan kirinya.


Dengan rasa percaya diri Robert pun mulai menganalisa dan mengerjakan proyek yang bernama sandi “Rimbun” itu.

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah sifat Robert yang ulet dan gigih penuh keyakinan, sehingga hanya dalam waktu kurang dari 6 bulan dia telah menunjukan titik terang untuk segera menuntaskan proyek tersebut.


Proyek “Rimbun” adalah tugas khusus dari Ketua CIA kepada Ashley untuk mendapatkan sebuah disk yang berisi nama nama seluruh agen rahasia ganda di dunia. Saat ini disk tersebut bukan hanya diperebutkan oleh Rusia dan Amerika tetapi juga oleh negara lain.


Di suatu malam setelah Ashley bercumbu dengan Olga dimana desah napasnya masih sedikit terengah belum kembali normal, jemari Ashley membelai rambut Olga yang bermanja dengan membaringkan kepalanya ke dada bidang Ashley.


Olga, maafkan aku belum bisa membuatmu hamil”
Tidak apa apa Ash, dokter bilang kamu terlalu stress dengan pekerjaan” sahut Olga yang bersuara lembut penuh pengertian.
Iya, aku memiliki proyek yang sudah hampir satu tahun masih belum tuntas” sambung Ashley.
Kenapa kamu tidak tinggalkan saja proyek bermasalah itu, Ash ?”

Ashley tidak menjawab pertanyaan Olga tetapi malah memejamkan matanya untuk bersiap tidur dan bermimpi.


Keesokan paginya saat Ashley sedang bersiap untuk berangkat ke kantor ….ring ….ring …. ring…..


Olga, biar kuangkat telphonenya”.
Hallo…… Ashley di sini” namun seketika Ashley terdiam seribu bahasa kemudian duduk lemas di bangku ruang makan sambil mendengarkan suara di telephone sampai si penelphone menutup pembicaraannya.


Ada apa Ash ?” tanya Olga bergegas begitu melihat wajah suaminya berubah pucat pasi.
Ash, ada apa ? ada berita apa ? kamu tidak apa apa ?” cecar Olga semakin penasaran dengan sikap suaminya yang seperti orang linglung terdiam kaku.
hhhmmmm…….. sebuah bom mobil menewaskan Robert tepat tengah malam tadi di depan apartmentnya” ujar Ashley perlahan seakan masih tidak percaya dengan berita yang baru saja diterimanya.
Oh...... Ash…. kamu membuatku sangat takut. Tinggalkanlah proyek itu” pinta Olga yang memeluk suaminya erat erat sambil menumpahkan tetesan air mata ke pundak Ashley.


Setelah menghadiri upacara pemakaman jasad Robert yang sudah hangus tak dapat dikenali, para petinggi CIA termasuk Ashley segera memasuki ruang rapat. Matthew juga diminta hadir di dalam rapat tersebut karena dialah yang selama ini tau banyak mengenai proyek “Rimbun” dan rencananya dia akan kembali ditugaskan melanjutkan proyek tersebut.


Selagi mereka memperdebatkan pihak mana yang bertanggung jawab atas tewasnya Robert, tiba tiba Susan wanita paruh baya yang sudah bekerja di kantor tersebut selama lebih dari 30 tahun sebagai sekretaris memasuki ruang rapat “Maaf, seseorang ingin bicara dengan Ashley sepertinya penting sekali mengenai peristiwa ini” ujarnya.

Segera saja mereka mengatur system supaya pembicaraaan si penelphone dapat terdengar oleh semua peserta rapat.


Kami turut berduka untuk hilangnya orang anda” ujar si penelphone gelap dengan suara datar yang kental dengan logat Eropa Timur-nya.
Saya Ashley Covington. Dengan siapa saya bicara ?”
Anda tidak perlu tau nama saya. Saya tidak bekerja dan tidak peduli dengan pihak manapun” jawab ketus si penelphone gelap.
Bila anda masih menginginkan disk itu siapkanlah uang 100 juta dollar dan nanti kita akan atur pertemuan hanya anda dan saya tanpa alat perekam. Ingat sekali lagi, pertemuan ini hanya anda dan saya tanpa alat perekam !! ” lanjut si penelphone gelap dengan tegas mengancam lalu menutup pembicaraan.


Beberapa saat ruang rapat hening saling tatap dengan ratusan pertanyaan di otak mereka untuk menyusus strategy pertemuan itu.

Akhirnya mereka menyetujui mengirim Ashley untuk bertemu dengan si penelphone misterius tanpa pengawalan tetapi tetap akan memasang alat perekam untuk mengantisipasi hal hal buruk terjadi pada Ashley.

Pemasangan alat perekam di balik baju inilah yang justru membuat Ashley khawatir akan keselamatan dirinya dan Olga. Ashley tau benar cara kerja kejam para mafia Eropa Timur yang tidak pernah segan segan untuk membantai satu keluarga musuh sekalipun.


Pada hari pertemuan yang telah ditetapkan, Ashley mengajak Olga untuk makan malam di sebuah restaurant favorite mereka.


Olga, kemungkinan aku akan pulang ke rumah besok pagi. Malam ini proyek harus selesai” ucap Ashley.
Ash……. kenapa kamu masih juga ingin melanjutkan proyek yang membahayakan kita ?” Olga memelas supaya Ashley merubah pikirannya.
Olga sayang………. justru ini adalah proyek utama yang menentukan mati hidup karirku dan aku yakin tinggal selangkah lagi proyek ini akan tuntas. Beruntung sekali aku memiliki istri yang penuh pengertian sepertimu” tutup Ashley dengan ciuman mesra di kening Olga.


Merekapun meninggalkan restaurant tersebut dan Ashley mengantar Olga pulang sebelum menuju tempat yang telah ditentukan untuk bertemu dengan si pria misterus.


Saat itu sekitar pukul 2 dini hari. Beberapa ratus meter dari gudang tempat pertemuan, sebuah mobil van yang dilengkapi dengan system komunikasi penyadap suara dan juga berisi beberapa agen CIA telah siap memantau. Namun, sebelum memasuki gudang, Ashley membuang semua alat perekam yang dipasangkan di kemejanya karena tidak mau mengambil resiko terlalu besar.

Sambil menenteng tas koper yang berisi uang 100 juta dollar, dia melangkah dengan pasti memasuki gudang.


Ternyata, sesosok bayang telah menantinya di dalam ruang gudang.


Lepaskan jasmu, buka tas itu dan letakan di lantai. Dekatkan alat detector di bawah itu ke seluruh tubuhmu mulai dari telapak kaki” sebuah perintah dari balik keremangan.

Ashley mengikuti perintah tersebut lalu mendekatkan alat detector yang telah dipersiapkan ke seluruh tubuhnya.

Untung saja aku sudah membuang alat perekam brengsek tadi” pikirnya.


Mengetahui Ashley bersih, bayang tersebut perlahan muncul dengan menyandang senjata mesin dari balik kegelapan kemudian memulai pembicaraan.


tidak sopan bila tidak memperkenalkan diri. Namaku Ivan Charnenko”
terus terang, kami sangat membutuhkan biaya untuk menggempur pasukan Rusia di perbatasan Chechnya”
kami tidak dapat menghandalkan Presiden anda yang bermulut besar untuk membantu perjuangan kami”
kini lemparkanlah tas uang itu ke sini dan disk sialan ini akan menjadi milikmu


Bersamaan Ashley menendang tas koper tersebut, Ivan juga melemparkan disk ke arah Ashley sebagai pertukarannya.

Baru saja kedua barang tersebut berpindah tangan tiba tiba…… dor…dor…. dua tembakan kedap suara tepat mengenai pelipis dan jidat Ivan yang dengan seketika tubuh besarnya jatuh terbanting tak berkutik.


Ashley terperangah kaget menoleh ke arah si penembak “Oh….siapa kamu s….” belum lagi bibirnya menyelesaikan kalimat bertanya, ….dor…dor…dor….lagi lagi pistol kedap suara itu meletus. Dua peluru menghantam dada kiri dan kanan sedangkan peluru terakhir melubangi tengkoraknya.


Hanya dalam sekejap, si pelaku penembakan telah menyusup ke halaman belakang gudang dimana 3 mayat pria lainnya tampak tergeletak tanpa nyawa.

Di situ telah menanti sebuah mobil Ferrari yang siap meluncur dengan kecepatan tinggi dan hilang di tengah kegelapan malam.


Hingga keesokan paginya mereka tiba di perbatasan Mexico tempat pemeriksaan passport.


Selamat datang di Mexico, Tuan dan Nyonya Jose Lopez” kata Polisi Imigrasi sambil menyerahkan kembali passport si pengemudi Ferrari bersama temannya yang juga telah menyelipkan selembar uang $100 untuk makan siang petugas immigrasi tersebut.


Udara panas Mexico membuat Jose Lopez membuka dua kancing atas kemejanya dan menggulung lengan panjangnya sehingga tampak tattoo bunga mawar pada pergelangan tangan kirinya.


Mulai hari ini mereka akan memanggilmu Nyonya Jose Lopez” canda Jose kepada si wanita muda cantik nan sexy di sebelahnya sambil mengedipkan mata genitnya.
Oh....... aku mau tau apa perasaanmu setelah membunuhnya” tanya Jose.


Si wanita tersebut menoleh ke arah Jose dengan expresi wajah tanpa senyum lalu berkata “Aku mencintainya tetapi aku lebih mencintai bangsa dan negaraku, Rusia”


Selamat untuk kenaikan pangkat yang baru saja kamu terima, Comerad” ujar Jose Lopez alias Matthew McDonald yang juga seorang Agen Senior KGB ahli perancang bom mobil.
Hmmm……… terima kasih. Aku akan selalu siap melaksanakan tugas negara, Comerad” jawab si wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Olga Kruchev.


Disk yang memuat data data lengkap semua agen ganda di dunia termasuk nama Matthew McDonald dan Olga Kruchev di dalamnya telah tersimpan rapih di kantor pusat KGB Moscow.

Sedangkan uang tunai 100 juta dollar “hadiah” dari si pecundang CIA akan dinikmati oleh mereka berdua sambil menanti tugas barunya di Amerika Latin.


Tamat.

LORONG


pengap menusuk paru
pijak berlembab
tertahan suara suara halus memilu
kerangka kerangka pasrah tak bernyawa
keji biadab merasuk mimpi
ragaku tergolek di antara lendir lendir busuk
lorong tetap angkuh berdiri
tiada peduli



Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

Saturday, February 21, 2015

TIMANG MANJA (koruptor)


pagi berdesah
kilau berkeranda
kerbau jadi kuli
ulat lapar mencacak jati
biji biji padi dipemakaman
sesak terhimpit duri
lelah bersandar mata
laknat
tikus pengerat tertimang manja



Selamat pagi dan sejahtera selalu.
Raymond Liauw

Tuesday, February 10, 2015

HANYA DI RUMAH BAPA


sukmaku melayang meraba senja yang terkaram
entah arah mana ku tuju
entah siapa ku bertemu
memekat gelap
sunyi tertimbun batu
di kaki langit terkubur jasad beku

jauh di seberang sana
alunan merdu lereng lereng bukit
aroma terapi
layaknya cendana berkemah di singgasana
tiada perih
tiada derita
pun tiada air mata
hanya di seberang sana
di rumah Bapa di Surga


Selamat pagi dan sejahtera selalu.
Raymond Liauw

Friday, February 6, 2015

RINDU YANG TEROBATI (Cerita Pendek)


Bagaimana kabarmu hari ini, Jess ? tadi siang mama tidak menjengukmu, maafkan mama yah, sayang”.
Aku hanya tersenyum menatapnya lalu kuucapkan selamat malam “tidak apa apa, ma. Sudah malam, mama tidur di sini yah”.


Mungkin karena aku adalah anak semata wayang maka kedua orang tuaku sangat menyayangiku. Sewaktu masih kecil, aku sering melihat papa dan mama saling berpelukan dan bermesraan. Kami juga sering berpergian ke luar kota menikmati hari libur. Namun, kemesraan tersebut telah pupus dan tak pernah terlihat lagi sejak tiga tahun yang lalu. Mereka berdua mungkin terlalu sibuk dengan urusannya masing masing.


Mama selalu menemuiku saat aku sedang sendiri, begitupun papa yang sering mengajakku ke luar makan atau jalan jalan tanpa mama. Ketika kutanya, mama bilang sering merindukan papa, begitu juga papa bilang masih sangat mencintai mama. Walau usiaku masih 7 tahun tapi aku bisa melihat kejanggalan ini dan entahlah sepertinya ada banyak masalah orang dewasa yang masih belum kupahami.


Sudah hampir dua bulan tubuhku terbaring di bangsal rumah sakit. Papa mengunjungiku setiap pagi sebelum berangkat ke kantor dan sore hari sepulangnya dari kantor untuk membacakan buku cerita. Kebenaran jarak rumah kami hanya beberapa ratus meter dari rumah sakit ini.


Tidak seorangpun yang pernah memberitahuku penyakit apa yang kuderita. Mereka hanya bilang aku harus banyak beristirahat. Yang kurasakan kini adalah semua anggota tubuh terutama persendian tulang dan jemariku semakin melemah dan rambut di kepalaku semakin mudah sekali terlepas sehingga kulit kepalaku tampak menggundul.


Hallo........... Selamat pagi Jessica. Ayo tebak siapa yang ada di luar untuk menemuimu ?” sapa suster Emma dengan ramah sambil membuka gorden jendela untuk membiarkan sinar mentari menghangati seisi ruang kamar.
Belum lagi aku menjawabnya sekelompok anak anak seusiaku memasuki ruang kamar kemudian saling berebut untuk menyapa dan memelukku. Mereka adalah teman teman SD sekelasku yang datang bersama Ibu Martha, guru kami. Kedatangan mereka juga bersamaan dengan waktu kunjungan papa.


Apa kabar ibu Martha ?” sapa papa sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Hai........ Pak Marco, kami baik baik dan maaf bila pagi ini mengganggu kunjungan bapak. Anak anak sejak kemarin sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Jessica”
Tidak apa apa, bu. Saya dan terutama Jessica sangat senang menerima kunjungan ibu dan teman kelas Jessica” sahut papa.
Oh ya, bagaimana kondisi Jessica ?” sambung ibu Martha.


Papa menengok ke arahku sambil mengajak ibu Martha ke pojok ruangan untuk menjauhi keramaian teman temanku. Aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan tapi kulihat ibu Martha tertunduk lalu mengusap pipinya dengan sapu tangan, sesekali memalingkan wajahnya untuk dapat menatap dan tersenyum kepadaku. Beruntung sekali aku memiliki teman teman baik seperti mereka walau ruang kamarku kembali sunyi setelah mereka pergi.


Hidupku benar benar dipenuhi dengan kejenuhan. Butiran butiran obat yang kutelan tiga kali sehari sepertinya tidak membantuku untuk pulih. Sampai suatu ketika kurasakan tubuhku begitu lemah dan menggigil dingin setelah aku dan papa baru saja menyelesaikan makan malam.


Pa, kemarin malam mama datang dan membacakan buku cerita untukku. Mama cantik sekali seperti seorang Permaisuri mengenakan gaun putih dan rambutnya yang panjang dibiarkan terurai indah seperti kilau mahkota”.
Mama juga cerita kepadaku kalau mawar merah yang papa berikan tadi malam sudah ditaruh di vas bunga”.


Perlahan Papa mendekatiku lalu berkata:

Jessica sayang, kemarin malam papa bersama mamamu pergi ke suatu pesta dimana semua undangan mengenakan gaun putih. Di setiap meja terdapat banyak bunga mawar, dan papa memetiknya satu untuk mama”.
Tapi..........tapi........... itu hanya mimpi, Jess. Itu hanyalah sebuah mimpi yang tidak nyata” sahut papa perlahan dengan mata berkaca kaca dan bibir gemetar.
Papa tau perasaanmu dan kepedihanmu, tapi kita harus menerima kenyataan kini mama bukan milik kita lagi sejak tiga tahun lalu saat usiamu masih 4 tahun”.
Papa akan selalu sayang kepadamu dan juga tidak akan pernah ada wanita lain untuk menggantikan mamamu” sambungnya.


Papa baik tetapi kenapa mama tega meninggalkan papa ?, aku setiap hari bertemu dengan mama” bisikku ke telinganya.


Papa hanya menatapku sambil menggigit bibir bawahnya tanpa berkata sepatah katapun tetapi malah mendekap tubuhku yang mungil. Kulihat titik titik bening terus mengalir dari sudut keriput matanya yang lembut.


Seketika kurasakan tubuhku semakin menggigil dan entah kenapa hal itu membuat papa merasa panik kemudian lari secepatnya ke luar kamar. Hanya dalam sekejap kamarku sudah dipenuhi oleh para suster dan dokter.

Sementara papa menunggu di luar kamar, para medis tampak sibuk sambil mengguncang guncangkan tubuhku. Tiba tiba saja aku merasakan suatu gelombang kehangatan yang membuat diriku merasa begitu nyaman.


Kulihat papa mendekatiku lalu memeluk tubuhku sambil menangis tersedu dan menciumi wajahku. Air matanya menutupi kelopak mataku dan mengatup bibirku yang sejak tadi tak bersuara.

 
Aku masih di sini, kenapa papa menangis ?” tanyaku dalam hati.

 
Sejak saat itu aku tidak pernah lagi bercerita kepada papa mengenai hari hariku bersama mama.
Sedangkan papa semakin sering pulang dalam keadaan mabuk. Bila malam aku ke dapur menyalakan lampu untuk mengambil minum, papa langsung keluar dari kamarnya dan mematikan lampu tanpa menghiraukan aku yang berdiri tepat di sampingnya.
Setiap kali ku sapa, papa tidak pernah menjawab tapi malah memalingkan wajahnya yang tampak kusam dan tidak ramah. 

 
Aku tidak tau kesalahan apa yang telah kuperbuat sehingga papa begitu membenciku. Setiap hari aku menangis di dalam kamar dan hanya mamalah satu satunya penghiburku.


Di suatu malam, hujan turun deras sekali. Kutoleh sisi ranjangku ternyata mama masih belum pulang. Petir dan kilat saling menyambar memekakkan telinga membuatku sangat ketakutan. Perlahan ku jalan berjingjit menuju kamar papa untuk meminta izin tidur bersamanya.
Tidak seperti biasa, pintu kamar papa malam itu tidak terkunci rapat. Sayup terdengar papa sedang berbicara kepada seseorang.

Penderitaan inikah yang harus kutanggung sampai akhir hayatku ?”
Oh........ aku mencintaimu tapi aku juga mencintai istri dan anakku”

 
Dengan siapakah papa bicara ?, apakah papa memiliki kekasih lagi ?” pikirku


Rasa penasaranku kian menjadi dan ku beranikan diri untuk menyibak pintu kamarnya. Namun, aku tidak melihat siapa siapa di dalam kamar kecuali papa yang sedang bersimpuh di sisi ranjang dengan kedua tangannya mengepal sambil menangis terisak.
Ruang kamarnya begitu berantakan tak terwat dan di atas meja tulisnya berserakan botol kosong minuman keras. Aku benar benar heran dengan prilaku papa yang semakin lama semakin aneh itu.


Tiba tiba papa menoleh ke arahku dengan tatapan tajam lalu berlari ke arahku dan “duaaarrrr..........” pintu kamar ditutup sekencang kencangnya dan layaknya seorang sedang mabuk papa pun berteriak teriak “Pergi kau setan, jangan ganggu aku. Tuhan telah menyediakan tempat bagimu di neraka jahanam” “Jangan ganggu akuuuuu........” “pergi kau setan......pergiiiiii..........neraka jahanam tempatmu...........pergiiiii........”.


Baru kali ini aku mendengar papa marah dan memakiku dengan umpatan begitu kasar. Aku berlari secepatnya kembali ke kamarku dan malam itu kutahan rasa takutku dengan bersembunyi di bawah selimut sambil menanti mama kembali.


Apa yang kualami menjadi rahasiaku dan tidak kuceritakan kepada mama agar mereka tidak bertengkar yang dapat memperburuk hubungan mereka berdua, walaupun sesekali mama bercerita bila dirinya baru bertemu papa untuk makan malam bersama.


Hari hariku tanpa papa penuh dengan kemuraman. Rangkaian kenangan manis bersamanya seketika lenyap tertelan kegelapan. Aku rindu peluk hangatnya, canda tawanya, belaiannya, pangkuannya,........... ohhhhh........... aku benar benar merindukan papa yang pernah kukenal begitu lembut penuh kasih sayang sejak aku masih bayi.

 
Tahun demi tahun telah berlalu tanpa tegur sapa dengan papa yang sudah tampak semakin tua. Namun, suatu hal yang pasti dan masih tidak kumengerti, hampir setiap malam ketika kulewati kamar tidurnya, papa sedang berbicara dengan seseorang sambil menyebut nyebut nama mama dan namaku. Papa masih mencintaiku.


Malam itu sekitar jam 08:30, dengan bantuan sebuah tongkat di tangan kanannya untuk menyanggah tubuh yang kian renta dan semakin membungkuk, papa tertatih berjalan masuk ke kamarnya.
Tangan kirinya menggenggam dua tangkai bunga mawar. Satu mawar berwarna merah ceria dan satunya lagi berwarna segar merah muda. Kemudian dia menuliskan sesuatu di atas secarik kertas putih.


Nyaliku hanya berani melalui celah pintu untuk memperhatikan apa yang sedang dilakukannya.


Setelah mencium kedua mawar tersebut diletakannya bersama carikan kertas putih di sisi bantal kepalanya, kemudian dia berbaring dan berkata “Tuhan, izinkanlah malam ini aku bertemu dengan istri dan anakku”. Kemudian papa menumpangkan kedua telapak tangannya di atas dada lalu memejamkan matanya.


Entah berapa lama aku memperhatikan tingkah lakunya yang semakin aneh.
Kenapa papa merasa aku dan mama meninggalkannya ?? padahal setiap hari kami berdua selalu berada di rumah ini dan setiap haripun kami tidak dihiraukannya.
Jantungku berdebar, jemariku mengepal dan ingin sekali aku berteriak di hadapannya tapi hanya geram yang kutahan dalam linangan air mata.


Mama keluar dari kamar menghampiriku. Sambil membelai rambutku lalu dengan lembut berkata “Jessica sayang, bersabarlah. Suatu saat kamu akan tau”.


Setelah kuyakini papa terlelap, aku dan mama memasuki kamar papa untuk melihat apa yang ditulisnya pada carikan kertas putih yang diselipkan pada kedua tangkai bunga mawar itu.


Pucat wajahku terperangah kaku tak mampu membendung linangan air mata menjadi tetesan hujan yang membanjiri lantai pijakku. Demikian pula mama yang semakin keras meremaskan jemari tangannya di kedua belah pundakku lalu menempelkan wajahnya yang ayu ke pipiku.


Selamat ulang tahun yang tercinta istriku Rebecca dan putriku Jessica di Surga”.


Detak jantung papa begitu lemah dan semakin melemah sampai tidak terdengar sama sekali. Saat melihat kami berdua, papa tersenyum dan melambaikan tangannya. Wajahnya terlihat kembali segar dan muda seperti saat kukenal dulu.


Aku dan mama saling berpandangan tersenyum lalu membalas lambaian tangan papa yang semakin jelas kian mendekat.......mendekat..........dan mendekat.


Tamat.

Tuesday, February 3, 2015

HENING BERSUJUD


terkatup layar
ruas membentang menelan keruh
tak mampu bayu mengusik sepi
menuturi pijak pijak suci

bersimpuh di atas hamparan sajadah
sujud bertiang doa
bersama riak kugapai surga



Selamat pagi dan sejahtera selalu.
Raymond Liauw

MENATAP PAGI


bayangan malam pupus sirna
terlumat cangkul para tani
kaum ilalang menjemput pagi
mencabik mimpi tanpa arti
di sinilah ranting jiwaku mengalun
menghirup aroma pucuk daun
amboi
terpejam mata
berbait seruling gembala
elok melangkah
sepoi menjaring asa dan nyata


Selamat pagi dan sejahtera selalu.
Raymond Liauw