Bila
kita hanya mengasihi mereka yang baik dengan kita, lalu dimanakah
cinta kasih kita terhadap sesama dengan tanpa syarat ??, sedangkan
Yesus sendiri bilang “Bila pipi kirimu ditampar, berikanlah pipi
kananmu” yang artinya janganlah membalas seseorang yang melakukan
kejahatan kepada kita dengan kejahatan juga, melainkan dengan
kebaikan dan kasih.
Pada
malam ditangkapnya Yesus di Taman Getsemani, salah satu murid Yesus
yang bernama Petrus menghunus pedang lalu memotong telinga seorang
hamba Imam Besar. Yesus memungut telinga hamba tersebut lalu
menjamahnya dan menyembuhkannya. Kemudian Yesus memerintahkan
muridnya untuk tidak menggunakan pedang.
Hal
yang sama juga ditunjukan oleh Nabi Muhammad kepada para pengikutnya.
Setiap hari Rasullulah dilempari kotoran onta oleh seorang Yahudi
namun beliau tidak marah, melainkan beliaulah yang menjadi orang
pertama yang menjenguk si orang Yahudi tersebut ketika sedang sakit,
lalu Rasulullah pun berdoa untuk kesembuhan orang Yahudi tersebut.
Pada
bagian lain, suatu ketika rombongan puluhan orang Nasrani tiba
di Madinah al-Munawarah. Oleh karena mereka tidak menemukan
gereja di sekitar, maka merekapun memasuki Masjid Nabawi untuk
bersembahyang di dalam masjid. Banyak orang marah dan hendak
mengusir mereka, tetapi Rasulullah yang kebetulan berada di
dalam masjid tersebut justru melarang orang banyak mengusir
rombongan Nasrani tersebut, melainkan mempersilahkan rombongan
Nasrani tersebut untuk melakukan sembahyang di dalam masjid.
Begitu mulia keduanya mengajarkan kepada kita untuk melakukan cinta kasih dan rendah hati.
Bila kita merenungkan secara mendalam mengenai pengertian Rahmatan lil ‘alamin dimana suatu ajaran yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta berserta isinya yang telah diciptakan oleh Allah, maka sudah sepatutnya kita memperlakukan alam semesta berserta isinya ini dengan bijaksana tanpa harus menyakiti sekalipun mereka adalah hewan.
Bagi
saya, Rahmatan lil ‘alamin bukan
hanya untuk satu umat agama melainkan juga untuk semua agama dimana
setiap individu bebas menentukan caranya sendiri untuk menyembah
Allah - Sang Pencipta, sesuai dengan keimanannya.
Bayangkan
jika saja semua umat manusia di seluruh dunia dari berbagai agama dan
kepercayaan memahami dan mengamalkan makna dari Rahmatan lil ‘alamin
ini, niscaya di dunia ini tidak ada lagi kejahatan, pertengkaran,
perkelahian, penganiayaan, pembunuhan, apalagi peperangan. Setiap
makhluk ciptaan Allah akan saling menjadi rahmat bagi makhluk ciptaan
Allah lainnya, walaupun kita hidup di dunia dengan bermacam suku
bangsa dan beragam agama.
Damai di bumi seperti di dalam Surga.
Salam
sejahtera dan sehat selalu dari kami sekeluarga,
Raymond
Liauw.