Thursday, August 20, 2015

BALADA PENYAIR TANPA NAMA



Ketika lahir ke dunia dia menangis
Dia tidak tau air matanya akan tumpah selama sisa hidupnya
Dunia penuh kejenuhan, kasar dan buas
Bersandar dalam hening kegelapan
Kotor dan bau busuk
Senyum penuh kepedihan
Merintih dalam kehancuran

Bagaimana mungkin bahagia bila hati terkoyak
Bagaimana mampu tertawa di tengah bangkai tikus berserak
Setiap hari adalah hari yang sama
Hari naas hari keparat hari yang laknat

Tiada lagu terlantun
Tiada irama mengalun
Hanya setumpuk nasi basi terkulum
Dendam kepada malam
Iri terhadap mentari
Terpatri luka membeku
"apatis" bisik hati meringis

Berpuluh tahun membisu
Rindu akan timang ibu
Rindu akan tawa ayah
Pena kusam merangkai aksara
Deras mengalir di setiap lembar serat putih
Dia menulis.... menulis.... menulis.... dan menulis

Dunia kagum bersimpati
Mencari tau siapa penulis syair syair takjub ini
Beribu tanya tak terjawab
Riuh tepuk tangan tak terbalas
Sama halnya dia yang kian membisu di liang kubur
Tidak pernah siap menerima berjuta pujian
Kematiannya adalah awal hidupnya


Selamat pagi dan Salam sejahtera selalu,
Raymond Liauw

Saturday, August 1, 2015

ANTARA HARTA DAN CINTA (Cerita Pendek)



Kenapa sih mama masih selingkuh dengan Oom Andre ? sejak papa masih hidup, mama selalu hidup berfoya foya” keluh Lisa kepada Martha, ibunya.

Apa mama tega melihat rumah tangganya tante Eli dan Oom Andre berantakan?” “lagi pula tante Eli itu baik sekali, ma. Mama memang tidak punya mata hati” tambah Lisa.

Plak….plak….. dua kali wajah Lisa ditampar Martha. “Aku ini mamamu !!! kamu tidak berhak menghakimi mama dan jangan sekali kali lagi ikut campur urusan mama dengan Oom Andre” bentak Martha kepada Lisa.

Perselingkuhan Martha dengan Andre tetap berjalan bahkan sudah bukan rahasia lagi bagi para tetangga, hingga suatu saat Eli ditemukan tewas di kamarnya. Pihak kepolisian bertindak dengan cepat dan hanya kurang dari 1 bulan pelaku pembunuhan yaitu suaminya sendiri, Andre dapat terungkap dan dijatuhi hukuman 45 tahun penjara tanpa parole yang berarti Andre akan bebas ketika usianya telah mencapai 99 tahun.

Motif pembunuhan sangat sederhana, hanya karena Eli tidak mau menandatangani surat cerai yang diajukan oleh Andre. Namun, oleh karena tidak ada bukti kuat keterlibatan Martha dalam kasus ini, maka Martha dibebaskan dari tuduhan persekongkolan dengan Andre.

Bertahun telah berlalu. Kedua anak Martha, Lisa dan Donny telah memiliki rumah tangga masing masing dan tidak tinggal bersama. Donny yang sejak kecil memang pendiam, tidak terlalu ikut campur dengan masalah ibunya.

Prilaku Martha sudah jauh lebih baik dibanding masa lalunya, selain itu harta warisan termasuk rumah peninggalan almarhum suaminya juga telah habis terjual.

Hal inilah yang membuat hubungan Lisa dengan Martha terlihat kembali akur antara seorang anak dengan ibu. Martha yang kini berusia 60 tahun tinggal serumah dengan keluarga Lisa.

Kepolosan dan keterbukaan Lisa tidak tertutupi termasuk kondisi keuangan keluarganya juga diceritakan kepada Martha.

Wah…. enak juga kamu yah Lis, kalau suamimu meninggal kamu dapat asuransinya 20 juta dollar” canda Martha sambil memangku Boni, anak Lisa yang masih berusia 7 tahun.

Yah…. tidaklah, ma. Aku tidak rela suamiku meninggal cuma gara gara untuk memperoleh uang asuransinya” sahut Lisa dengan wajah sedih mendengar guyon ibunya.

Hujan di luar yang disertai angin kencang membuat udara di dalam rumah semakin sejuk. Tidak seperti biasanya, sore itu Ashley, suami Lisa makan lahap sekali bahkan nambah beberapa kali. Namun, tiba tiba Ashley terbatuk lalu tersungkur di lantai ruang makan.

Ashley…. Ashley… oh Tuhan apa yang terjadi atas dirinya ??” jerit tangis Lisa.

Martha begegas menelphone 911. Hanya dalam hitungan beberapa menit sebuah unit mobil ambulan dan beberapa mobil Polisi terparkir di depan rumah mereka. Ashley pun yang sudah tidak sadarkan diri segera diangkut ke rumah sakit.

Polisi segera memulai penyelidikan terhadap Lisa dan Martha.

Puluhan pertanyaan seputar kehidupan sehari hari mereka dijawab dengan isak tangis. Sesekali Lisa menjerit histeris, begitupun dengan Martha yang terus tiada henti melinangkan air mata.

Oh… Tuhan janganlah Kau ambil nyawa Ashley, kasihanilah anakku Lisa dan keluarganya” tangis Martha sambil memeluk Lisa untuk memberikan kekuatan dan ketabahan kepadanya.

Kondisi Ashley kian memburuk dan detak jantungnya kian melemah. Untuk sementara, dokter memperkirakan Ashley terkena serangan jantung.

Malam itu adalah malam bencana bagi keluarga Lisa.

 Apakah papaku akan sembuh ?” tanya Boni kepada seorang Polisi Wanita bernama Sofia yang menjaganya di salah satu ruang rumah sakit.

Oh pasti, Boni. Kamu jangan sedih karena papamu sebentar lagi juga akan sembuh dan kalian boleh pulang” bujuk Sofia.

Kalau saja papa tidak minum saat makan tadi, mungkin papa tidak ke rumah sakit” kata Boni.


Mendengar ocehan Boni yang masih duduk di kelas 1 SD itu, Sofia langsung terperangah.

Bukankah papamu selalu minum saat makan ?” tanya Sofia kepada Boni sambil mengerutkan kening.

Sofia kembali mengajukan beberapa pertanyaan kepada Boni namun semua pertanyaannya tidak dijawab bahkan seakan tidak digubris oleh bocah lelaki berambut pirang tersebut yang sedang asyik memainkan legonya.

Kemudian, Polisi wanita tersebut menghubungi seseorang melalui walky talkynya, dan dia pun menghampiri Lisa untuk meminjam kunci rumah dengan alasan keperluan penyelidikan.

Beberapa Polisi dan detektive Marcello yang menangani kasus ini kembali datang ke rumah Lisa untuk mengumpulkan benda benda yang dapat dijadikan sebagai barang bukti termasuk gelas minum yang digunakan Ashley saat makan malam.
Tidak hanya ruang makan dan dapur, tim penyidikpun juga menggeledah seluruh ruang dan lemari pakaian di dalam rumah mewah berlantai dua yang memiliki 5 kamar tidur, 6 kamar mandi, 1 ruang olah raga, 1 kantor, dan 2 ruang keluarga itu.

Setelah 2 jam melakukan penggeledahan, mereka menemukan serbuk serbuk putih berceceran di lantai kamar mandi lantai dasar yang biasa digunakan oleh tamu. Walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi cukup untuk dijadikan sample laboratorium.
Malam itu Lisa tidur di rumah sakit menemani suaminya yang terbaring sangat lemah, sedangkan Martha pulang bersama Boni.

Sementara itu di sebuah ruang laboratorium, seorang berpakaian putih menyerupai seorang dokter bersama detektive Marcello sedang kusuk sekali meneliti sebuah benda. Tiba tiba, “Binggo !! Oh.... akhirnya... akhirnya..... hahaha.....” teriak bahagia salah seorang dari mereka.

Berdasarkan hasil lab, ternyata kandungan bubuk putih yang di temukan di lantai kamar mandi tepat sama dengan yang ditemukan pada gelas yang digunakan Ashley untuk minum pada makan malam naas itu.

Bubuk putih tersebut biasanya terdapat di dalam kapsul yang dikenal dengan sebutan Cyanide Pill atau Death Pill atau Pil Bunuh Diri.
Bubuk jenis ini biasa digunakan oleh organisasi militer terutama agen rahasia dengan tujuan mempercepat kematian sehingga terhindar dari mati karena siksaan (bila tertangkap musuh).

Pagi itu juga sekitar jam 9 Polisi menjemput Martha di rumah. Pihak kepolisian-pun juga mendapat kabar dari rumah sakit bahwa Ashley telah menghembuskan napas terakhirnya di pagi buta.
Rasa duka Lisa kian mendalam setelah kehilangan suami, diapun kini menjadi salah satu tersangka atas tewasnya Ashley, yang juga suaminya.

Berbagai spekulasi masyarakat bermunculan. Semua teman dekat, tetangga, karyawan kantor tidak luput dimintai keterangan oleh detektive Marcello.
Mulai dari kehidupan Ashley di luar rumah hingga kemungkinan adanya kekasih gelap yang dimiliki Ashley maupun Lisa.

Atas laporan Polwan Sofia, detective Marcello memperkuat dugaannya terhadap Martha, dimana Boni bocah berusia 7 tahun yang juga cucu kandung Martha akan dijadikan saksi utama karena pada malam naas itu Boni melihat Oma Martha menaburi bubuk putih ke dalam gelas minum Ashley.

Seperti yang telah diduga oleh kebanyakan orang bahwa Martha, ibu kandung Lisa dinyatakan bersalah dan pengadilan menvonisnya 20 tahun penjara.

Aku hanyalah seorang ibu yang menginginkan anak cucuku dapat menikmati keindahan dunia dan hidup bahagia dengan hartanya. Aku tidak pernah bermimpi keturunanku akan menjadi pengemis” demikianlah pernyataan Martha ketika ditanya para juru tinta mengenai alasannya membunuh Ashley.

Kenapa Martha yang bukan ahli waris membunuh Ashley ??
Mungkinkah Martha sedang melindungi putri dan cucu kandungnya ??
Mungkinkah Lisa bersekongkol dengan Martha untuk menghabisi Ashley demi uang asuransi ??

Ratusan pertanyaan tak terjawab. Ratusan teka teki tak terdeteksi. Seakan akan pihak berwajib membiarkan Lisa melenggang bebas dengan uang assuransi sebesar 50 juta dollar.

Namun, bagaimanapun juga, puas atau tidak puas, pengadilan telah mengetuk palu untuk memutuskan seseorang telah bertanggung jawab dan kini mendekam di balik jeruji besi kemudian menutup kasus pembunuhan terhadap seorang pengusaha bernama Ashley Stephenson.

Senja itu langit kian merona memperlihatkan betapa eloknya alam semesta.
Dari atas sebuah balkon apartment di daerah super mewah West Palm Beach Florida, tampak seorang wanita muda cantik berbikini sedang berjemur diri dengan tatapan menuju buih buih pantai. Duduk di sebelahnya seorang anak lelaki sedang mendirikan istana lego.

Sesekali si wanita melirik ke arah sekumpulan anak muda yang sedang berpesta di sebelah gedung apartmentnya. Lambaian tangan merekapun dibalas dengan senyum renyah si wanita.

Horeee….. akhirnya selesai juga. Mama…… mama…... lihatlah istana lego yang aku dirikan” teriak si anak kepada wanita di sebelahnya. Sontak si wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Lisa menoleh dan berkata “mama bangga punya anak pintar sepertimu, Boni” “Oh...iya... malam ini mbak Rosa akan kembali menjagamu karena mama ada undangan pesta di sebelah” tambah Lisa sambil meliukan pinggul aduhainya menuju kamar mandi.


Tamat