“Apa
mama tega melihat rumah tangganya tante Eli dan Oom Andre
berantakan?” “lagi pula tante Eli itu baik sekali, ma. Mama
memang tidak punya mata hati” tambah Lisa.
Plak….plak…..
dua kali wajah Lisa ditampar Martha. “Aku ini mamamu !!! kamu tidak
berhak menghakimi mama dan jangan sekali kali lagi ikut campur urusan
mama dengan Oom Andre” bentak Martha kepada Lisa.
Perselingkuhan
Martha dengan Andre tetap berjalan bahkan sudah bukan rahasia lagi
bagi para tetangga, hingga suatu saat Eli ditemukan tewas di
kamarnya. Pihak kepolisian bertindak dengan cepat dan hanya kurang
dari 1 bulan pelaku pembunuhan yaitu suaminya sendiri, Andre dapat
terungkap dan dijatuhi hukuman 45 tahun penjara
tanpa parole yang
berarti Andre akan bebas ketika usianya
telah mencapai 99
tahun.
Motif
pembunuhan sangat sederhana, hanya karena Eli tidak mau
menandatangani surat cerai yang diajukan oleh Andre. Namun, oleh
karena tidak ada bukti kuat keterlibatan Martha dalam kasus ini, maka
Martha dibebaskan dari tuduhan persekongkolan dengan Andre.
Bertahun
telah berlalu. Kedua anak Martha, Lisa dan Donny telah memiliki rumah
tangga masing masing dan tidak tinggal
bersama. Donny yang sejak kecil memang
pendiam, tidak terlalu ikut campur dengan masalah ibunya.
Prilaku
Martha sudah jauh lebih baik dibanding masa lalunya, selain itu harta
warisan termasuk rumah peninggalan almarhum suaminya juga telah habis
terjual.
Hal
inilah yang membuat hubungan Lisa dengan Martha terlihat kembali akur
antara seorang anak dengan ibu. Martha yang kini berusia 60 tahun
tinggal serumah dengan keluarga Lisa.
Kepolosan
dan keterbukaan Lisa tidak tertutupi termasuk kondisi keuangan
keluarganya juga diceritakan kepada Martha.
“Wah….
enak juga kamu yah Lis, kalau suamimu meninggal kamu dapat
asuransinya 20
juta dollar” canda Martha sambil memangku Boni, anak Lisa yang
masih berusia 7 tahun.
“Yah….
tidaklah, ma. Aku
tidak rela suamiku
meninggal cuma gara gara untuk memperoleh uang asuransinya” sahut
Lisa dengan wajah sedih mendengar guyon
ibunya.
Hujan
di luar yang disertai angin kencang membuat udara di dalam rumah
semakin sejuk. Tidak seperti biasanya, sore itu Ashley, suami Lisa
makan lahap sekali bahkan nambah beberapa kali. Namun, tiba
tiba Ashley terbatuk lalu tersungkur di lantai ruang makan.
“Ashley….
Ashley… oh Tuhan apa yang terjadi atas dirinya ??” jerit tangis
Lisa.
Martha
begegas menelphone 911. Hanya dalam hitungan beberapa menit sebuah
unit mobil ambulan dan beberapa mobil Polisi terparkir di depan rumah
mereka. Ashley pun yang sudah tidak sadarkan diri segera
diangkut ke rumah sakit.
Polisi
segera memulai penyelidikan terhadap Lisa dan Martha.
Puluhan
pertanyaan seputar kehidupan sehari hari mereka dijawab dengan isak
tangis. Sesekali Lisa menjerit histeris, begitupun dengan Martha yang
terus tiada henti melinangkan air mata.
“Oh…
Tuhan janganlah Kau ambil nyawa Ashley, kasihanilah anakku Lisa dan
keluarganya” tangis Martha sambil memeluk Lisa untuk memberikan
kekuatan dan ketabahan kepadanya.
Kondisi
Ashley kian memburuk dan detak jantungnya kian melemah. Untuk
sementara, dokter memperkirakan Ashley terkena serangan jantung.
Malam
itu adalah malam bencana bagi keluarga Lisa.
“Apakah
papaku akan sembuh ?” tanya Boni kepada seorang Polisi Wanita
bernama Sofia yang menjaganya di salah satu ruang rumah sakit.
“Oh
pasti, Boni. Kamu jangan sedih karena papamu sebentar lagi juga akan
sembuh dan kalian boleh pulang” bujuk Sofia.
“Kalau
saja papa tidak minum saat makan tadi, mungkin papa tidak ke rumah
sakit” kata Boni.
Mendengar ocehan Boni yang masih duduk di kelas 1 SD itu, Sofia langsung terperangah.
“Bukankah
papamu selalu minum saat makan ?” tanya Sofia kepada Boni sambil
mengerutkan kening.
Sofia
kembali mengajukan beberapa pertanyaan kepada Boni namun semua
pertanyaannya tidak dijawab bahkan seakan tidak digubris oleh
bocah lelaki berambut pirang tersebut yang sedang asyik memainkan
legonya.
Kemudian,
Polisi wanita tersebut menghubungi seseorang melalui
walky talkynya, dan dia pun menghampiri Lisa untuk
meminjam kunci rumah dengan alasan keperluan
penyelidikan.
Beberapa
Polisi dan detektive Marcello yang menangani kasus ini
kembali datang ke rumah Lisa untuk mengumpulkan benda
benda yang dapat dijadikan sebagai barang bukti
termasuk gelas minum yang digunakan Ashley saat makan
malam.
Tidak
hanya ruang makan dan dapur, tim penyidikpun juga
menggeledah seluruh ruang dan lemari pakaian di dalam
rumah mewah berlantai dua yang memiliki 5 kamar tidur,
6 kamar mandi, 1 ruang olah raga, 1 kantor, dan 2
ruang keluarga itu.
Setelah
2 jam melakukan penggeledahan, mereka menemukan serbuk
serbuk putih berceceran di lantai kamar mandi lantai
dasar yang biasa digunakan oleh tamu. Walaupun
jumlahnya tidak banyak tetapi cukup untuk dijadikan
sample laboratorium.
Malam
itu Lisa tidur di rumah sakit menemani suaminya yang
terbaring sangat lemah, sedangkan Martha pulang
bersama Boni.
Sementara
itu di sebuah ruang laboratorium, seorang berpakaian
putih menyerupai seorang dokter bersama detektive
Marcello sedang kusuk sekali meneliti sebuah benda.
Tiba tiba, “Binggo !! Oh.... akhirnya...
akhirnya..... hahaha.....” teriak bahagia salah
seorang dari mereka.
Berdasarkan
hasil lab, ternyata kandungan bubuk putih yang di
temukan di lantai kamar mandi tepat sama dengan yang
ditemukan pada gelas yang digunakan Ashley untuk minum
pada makan malam naas itu.
Bubuk
putih tersebut biasanya terdapat di dalam kapsul yang
dikenal dengan sebutan Cyanide Pill atau Death Pill
atau Pil Bunuh Diri.
Bubuk
jenis ini biasa digunakan oleh organisasi militer
terutama agen rahasia dengan tujuan mempercepat
kematian sehingga terhindar dari mati karena siksaan
(bila tertangkap musuh).
Pagi
itu juga sekitar jam 9 Polisi menjemput Martha di
rumah. Pihak kepolisian-pun juga mendapat kabar dari
rumah sakit bahwa Ashley telah menghembuskan napas
terakhirnya di pagi buta.
Rasa
duka Lisa kian mendalam setelah kehilangan suami,
diapun kini menjadi salah satu tersangka atas tewasnya
Ashley, yang juga suaminya.
Berbagai
spekulasi masyarakat bermunculan. Semua teman dekat,
tetangga, karyawan kantor tidak luput dimintai
keterangan oleh detektive Marcello.
Mulai
dari kehidupan Ashley di luar rumah hingga kemungkinan
adanya kekasih gelap yang dimiliki Ashley maupun Lisa.
Atas
laporan Polwan Sofia, detective Marcello memperkuat
dugaannya terhadap Martha, dimana Boni bocah berusia 7
tahun yang juga cucu kandung Martha akan dijadikan
saksi utama karena pada malam naas itu Boni melihat
Oma Martha menaburi bubuk putih ke dalam gelas minum
Ashley.
Seperti
yang telah diduga oleh kebanyakan orang bahwa Martha,
ibu kandung Lisa dinyatakan bersalah dan pengadilan
menvonisnya 20 tahun penjara.
“Aku
hanyalah seorang ibu yang menginginkan anak cucuku
dapat menikmati keindahan dunia dan hidup bahagia
dengan hartanya. Aku tidak pernah bermimpi keturunanku
akan menjadi pengemis” demikianlah pernyataan Martha
ketika ditanya para juru tinta mengenai alasannya
membunuh Ashley.
Kenapa
Martha yang bukan ahli waris membunuh Ashley ??
Ratusan
pertanyaan tak terjawab. Ratusan teka teki tak
terdeteksi. Seakan akan pihak berwajib membiarkan Lisa
melenggang bebas dengan uang assuransi sebesar 50 juta
dollar.
Namun,
bagaimanapun juga, puas atau tidak puas, pengadilan
telah mengetuk palu untuk memutuskan seseorang telah
bertanggung jawab dan kini mendekam di balik jeruji
besi kemudian menutup kasus pembunuhan terhadap
seorang pengusaha bernama Ashley Stephenson.
Senja
itu langit kian merona memperlihatkan betapa eloknya
alam semesta.
Dari
atas sebuah balkon apartment di daerah super mewah
West Palm Beach Florida, tampak seorang wanita muda
cantik berbikini sedang berjemur diri dengan tatapan
menuju buih buih pantai. Duduk di sebelahnya seorang
anak lelaki sedang mendirikan istana lego.
Sesekali
si wanita melirik ke arah sekumpulan anak muda yang
sedang berpesta di sebelah gedung apartmentnya.
Lambaian tangan merekapun dibalas dengan senyum renyah
si wanita.
“Horeee…..
akhirnya selesai juga. Mama…… mama…... lihatlah
istana lego yang aku dirikan” teriak si anak kepada
wanita di sebelahnya. Sontak si wanita yang tak lain
dan tak bukan adalah Lisa menoleh dan berkata “mama
bangga punya anak pintar sepertimu, Boni”
“Oh...iya... malam ini mbak Rosa akan kembali
menjagamu karena mama ada undangan pesta di sebelah”
tambah Lisa sambil meliukan pinggul aduhainya menuju
kamar mandi.
No comments:
Post a Comment