Ketika
lahir ke dunia dia menangis
Dia
tidak tau air matanya akan tumpah selama sisa hidupnyaDunia penuh kejenuhan, kasar dan buas
Bersandar dalam hening kegelapan
Kotor dan bau busuk
Senyum penuh kepedihan
Merintih dalam kehancuran
Bagaimana
mungkin bahagia bila hati terkoyak
Bagaimana
mampu tertawa di tengah bangkai tikus berserakSetiap hari adalah hari yang sama
Hari naas hari keparat hari yang laknat
Tiada
lagu terlantun
Tiada
irama mengalunHanya setumpuk nasi basi terkulum
Dendam kepada malam
Iri terhadap mentari
Terpatri luka membeku
"apatis" bisik hati meringis
Berpuluh
tahun membisu
Rindu
akan timang ibuRindu akan tawa ayah
Pena kusam merangkai aksara
Deras mengalir di setiap lembar serat putih
Dia menulis.... menulis.... menulis.... dan menulis
Dunia
kagum bersimpati
Mencari tau siapa penulis syair syair takjub iniBeribu tanya tak terjawab
Riuh tepuk tangan tak terbalas
Sama halnya dia yang kian membisu di liang kubur
Tidak pernah siap menerima berjuta pujian
Kematiannya adalah awal hidupnya
Selamat pagi dan Salam sejahtera selalu,
No comments:
Post a Comment