Wednesday, September 10, 2014

KONSPIRASI DUA PETINGGI PARTAI POLITIK (Cer Pen)


Persoalan korupsi di pemerintahan seakan sudah mendarah daging dan melibatkan hampir semua pejabat di negara ini. Mulai dari tingkatan Ketua RT hingg Menteri-pun sudah putus urat malunya. Mereka hanyalah para politikus preman yang mengatasnamakan rakyat jelata dan berkedok agama.

Rakyat sudah benar benar muak melihat tingakh laku mereka yang selalu santun ramah di depan kamera tetapi menghisap darah rakyat untuk menumpuk kekayaan pribadi dan kekuasaan berdinasty.

siape presiden jagoan luh, mat ?” tanya Asep kepada Rohmat yang sedang membersihkan gerobak sate dagangannya.

pilihan gue sih gak' muluk muluk, sep, asalkan orangnye bener, jujur, dan memihak rakyat kecil kayak kite begini. Apalagi bisa mensejahterakan rakyat miskin dengan sekolah gratis dan rumah sakit murah”.

iye juga sih bener yang elu bilang, mat. Liat aje nih yang sekarang udah 10 taon mimpin tapi kehidupan kita makin susah begini, belom lagi makin banyak pejabat koruptor”.

Pergunjingan kebobrokan pemerintah menjadi sebuah topik hangat masyarakat terutama di kalangan bawah. Para Wakil Rakyat hanya mengumbar janji saat berkampanye tetapi setelah mereka terpilih menjadi anggota dewan, mereka tidak lagi peduli dengan nasib rakyat kecil. Yang ada dipikiran mereka bagaimana menjadikan keluarga dan saudara saudaranya kaya raya.

Perebutan kursi Presiden sangatlah alot dan saling menjatuhkan antar ketua partai. Bentrokan antar para pendukung seringkali tak terelakan bahkan beberapa di antaranya rela melepas nyawa cuma karena membela calon Presiden pilihannya.

Berdada busung, berjalan tegap berwibawa menunjukan kegagahannya sebagai mantan prajurit khusus. Walaupun usianya sudah berkepala 6 tetapi raut wajah tampannya masih jelas tampak. Banyak orang memberinya julukan sebagai Macan Asia.

Dengan setelan celana dan safari putih layaknya seorang Ksatria beliau menunggangi kuda terbaiknya. Jutaan pasang bola mata kagum apalagi para wanita terus memuji kegagahan dan ketampanannya.

Begitu anggun dan berwibawa, beliau menaiki panggung dan memulai pidatonya yang berapi api “Aku akan memperjuangkan nasib rakyat kecil dan janganlah kalian memilih pemimpin boneka”.
Berjam jam beliau berteriak teriak di atas panggung untuk mencapai impian yang dianganinya sejak kecil yaitu menjadi seorang Presiden.

Para lawan politiknya terus mencoba untuk menjegalnya dengan mengungkit kembali kasus kasus lama seperti HAM dimana ketika itu beliau masih active sebagai prajurit sapta marga. Beliau menanggapinya dengan senyum sambil berdiplomasi ketika para wartawan menanyainya “Sudah ribuan kali saya menjawabnya dan itukan masalah lama yang kasusnya sudah ditutup, kenapa sekarang diungkit kembali?”

Tidak diragukan prestasi dan pengalamannya di dunia ke-tentara-an. Berkali kali beliau terjun ke medan tempur dan membebaskan para sandera yang dijadikan tawanan oleh sekelompok pemberontak.

Mungkin oleh karena beliau adalah mantan seorang prajurit dengan pangkat terakhir hampir mendekati Jendral penuh jadi gaya bicara beliaupun sangat tegas, namun masyarakat yang melihatnya sering menganggap beliau adalah seorang yang sangat temperamental dan pemarah.

Sayang sekali kehidupan rumah tangga beliau kurang harmonis yang mengakibatkan beliau harus mengakhiri tali perkawinan dengan istrinya yang juga putri dari seorang mantan Presiden legendaris. Dari hasil perkawinannya beliau dibuahi seorang putra.

Apapun celoteh ejekan negative tidak digubrisnya. Strategynya itu pun membuahkan hasil dimana beliau dapat menarik simpati partai politik lain untuk menjadi pendukungnya yang jumlah totalnya melebihi partai politik pendukung calon Presiden pesaingnya, si Banteng Kerempeng.

Dulu ibu itu pernah berjanji akan mendukung saya untuk menjadi Presiden. Perjanjian politikpun kami tandatangani berdua, tetapi lihatlah kini ibu itu malah memajukan anak buahnya yang Kerempeng itu menjadi lawan politik saya. Bagaimana saya tidak sakit hati ?” lantangnya kepada para wartawan.

janganlah kalian pernah mau dipimpin oleh pemimpin pengingkar janji” “belum lagi 5 tahun memimpin ibukota si Kerempeng sudah mau jadi Presiden” “si Kerempeng itu haus kekuasaan” ujarnya melampiaskan kemarahannya terhadap saingan politiknya kepada para wartawan baik dalam maupun luar negeri.

Dua kubu yang berlawanan saling melontarkan kampanye hitam. Carut marut pro dan kontra kedua kubu kian memanas. Tidak ketinggalan para petinggi politik saling melontarkan kata kata kasar saling ejek sambil mencari simpati rakyat untuk memilih calon Presiden yang diusungnya. Media TV juga mempertemukan kedua sosok calon Presiden untuk debat terbuka yang disaksikan oleh puluhan juta pemirsa.

Kecurangan kecurangan dilakukan oleh kedua kubu saat pemilihan berlangsung. Merekapun saling mengklaim bahwa merekalah pemenangnya terlebih dengan adanya beberapa perusahaan survey abal abal yang menyediakan data fiktif kepada masyarakat.

Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, si Banteng Kerempeng menjadi pemenang.

kurang ajar, bagaimana si Kerempeng bisa menang ?” sang Macan Asia protes
bapak tenang saja, biar nanti semua kita yang atur” jawab para petinggi partai partai pendukungnya.

Segala upaya protes dilontarkan oleh para partai pendukung Macan Asia mulai kepada penyelenggara pemilu hingga ke Mahkamah Konstitusi, namun semuanya tetap memihak kepada si Kerempeng.

Para petinggi partai dan politikus semakin tidak dapat menahan emosi. Banyak prilaku dan kata kata aneh yang keluar dari mulut mereka. Yang terlihat baik ramah menjadi kasar dan mengeluarkan kata kata hujatan kotor. Yang terlihat alim berwibawa kini terlihat menjadi rasis diskriminasi.

Konflik kedua kubu terus menjadi berita panas dan paling diminati bukan hanya oleh para pembaca di dalam negeri tetapi juga masyarakat internasional. Gejolak ini sangat mempengaruhi suhu politik dan ekonomi di dalam negeri.

Di sebuah ruang sejuk ber AC, tampak dua bayang yang sangat akrab duduk berbincang penuh sopan santun layaknya keluarga priyai sambil menyantap jajanan pasar pisang goreng, getuk, dan kopi susu hangat. Di sekitar ruang tampak beberapa kerajinan tangan karya anak bangsa yang dijadikan sebagai penghias ruang.

Sejak tadi kedua bayang tersebut menikmati sebuah tontonan di TV layar lebar 60 inch. Mereka adalah dua petinggi partai politik yang memiliki hubungan baik layaknya kakak beradik.

Si Pria bertubuh gempal tapi gagah dan tampan berkata “Beginilah bu sepak terjang dunia politik di negara kita ini. Saya dihujat dan dimaki bahkan disuruh mengasingkan diri ke Jordania padahal saya ini adalah seorang Purnawirawan Letnan Jendral, Ketua Umum partai politik bahkan pernah menjadi calon Presiden” “Tapi untungnya saya tidak menjadi Presiden karena saya yakin bakal kepikiran terus bagaimana dengan nasib kuda kuda peliharaan saya” tambah si Pria sambil terpingkel pingkel.

Lalu si Ibu berkacamata dan kemayu menjawabnya “Almarhum ayahku adalah juga seorang mantan Presiden yang pernah dihujat oleh rakyatnya, lalu beliau dilengserkan dari kursi kePresidenan oleh seorang prajuruit yang saat itu belum lagi berpangkat Kolonel”

Jasa sampeyan tidak termuat di media massa, namun suatu saat nanti rakyat akan bangga kepada sampeyan karena sampeyan telah mengorbankan diri untuk direndahkan namun dibalik itu semua, sampeyan telah berhasil membongkar para tikus tikus busuk di gedung Wakil Rakyat termasuk para pejabat partai dan pejabat negara yang bersifat licik ular berkedok agama. Saya rasa sampeyan layak untuk menerima penghargaaan sebagai negarawan sejati” “Oh yah....... sebelum saya lupa, ada satu lagi yang ingin saya sampaikan bahwa hanya kita berdua yang memegang rahasia konspirasi ini” sambung si Ibu sambil tersenyum manis memiringkan kepalanya.

Hey pemuda pemudi, hey seluruh rakyat Indonesia. Marilah kita berjalan terus dengan alat antara lain alat Persatuan Indonesia, satu bahasa, satu tanah air, satu bangsa Indonesia......” - Bung Karno.


Tamat.

No comments:

Post a Comment