---
puisi ini kutuliskan dan kupersembahkan untuk para anak jalanan dan
para gelandangan yang terpinggirkan oleh keserakahan Elit Politik ---
Dongeng
tersiar
layaknya
kaleng kosong disebar
riuh kisruh
dagelan
politik digelar
gareng,
petruk dan semar
bertukar
topeng saling menyamar
Gulungan
naskah dibuka
terucap
kelima butir Pancasila
beraroma
simpati pada kaum jelata
janji
dan sumpah sengaja terlupa
Setiap
pagi rumput berceloteh
hingga
mentari menyentuh bumi
Anak
jalanan telanjang kaki
mengumpulkan
receh pengisi pundi
hingga
senja bermohon diri
Berbagi
hasil
berebut
rombeng
tidur
di dalam bedeng
Di
manakah Anggota Dewan
hey.....manusia
manusia buta dan tuli
k
e m a n a k a h k a l i a n ???
memangku
harapan di atas jamban
Sulitnya
hidup semakin parah
mimpi
merekapun ber-air mata darah
Salam
kasih dan sejahtera selalu,
Raymond
Liauw
No comments:
Post a Comment