Friday, August 29, 2014

MENDUNGPUN BERLALU (Cerita Pendek – Kisah Nyata)


Paras cantik, berkulit kuning langsat, bertubuh langsing, dan lembut keibuan membuat Santi memiliki banyak teman. Ditambah dengan tutur kata Santi yang ramah dan sopan menempatkan dirinya di papan atas sebagai wanita idola para pria. Tidak heran kalau ada pria tanpa malu menyatakan cintanya walau disaksikan belasan pasang mata sahabat Santi.

Sudah menjadi impian Santi untuk memiliki suami yang usianya beberapa tahun di atas usianya, sabar dan baik, sangat mencintai istri, bertanggung jawab terhadap keluarga, dan mapan dalam hal keuangan.

Dari sekian banyak pria akhirnya Santi menjatuhkan pilihannya kepada Anton, seorang pemuda ramah sopan, rendah hati, pengusaha mapan, dan masih berdarah keluarga ningrat. Bagi Santi, bergaul dan beradaptasi dengan keluarga Anton terkadang agak canggung karena Santi tidak dilahirkan dan tidak dibesarkan dalam lingkungan keluarga konglomerat maupun ningrat.

Jalan sambil bergandeng tangan di shopping mall merupakan salah satu kegiatan favorite para anak muda yang sedang berpacaran tak terkecuali Santi dan Anton.

Anton sedang di Plaza Senayan bersama Santi nih bu......oh iya........iya........iya bu” demikianlah pembicaraan Anton dengan seseorang melalui HP nya.
Ibu rajin menelephone Mas Anton yah” suara lembut Santi
Iya sebab Ibu sangat mencintai anak anaknya sehingga selalu merasa khawatir”

Anton adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Orang tua Anton terutama ibunya adalah termasuk orang tua yang sangat melindungi anak anaknya bahkan seringkali terkesan memperlakukan anak anaknya yang sudah dewasa seperti anak kecil yang masih mengenakan diapers. Sudah menjadi suatu kebiasaan Ibunda Anton memonitor anak anaknya bila pergi bersama teman temannya. Anak anaknyapun termasuk Anton harus memberi tau sedang ada dimana, pergi dengan siapa, bahkan nonton film apa dan di bioskop mana.

Dua tahun berpacaran akhirnya mereka memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi hingga kartu undangan semuanya diputuskan oleh Ibunda Anton. Pihak keluarga Santi sepertinya sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk menentukan selera.

Di suatu kesempatan makan malam, Ibunda Anton memulai pembicaraan mengenai persiapan pernikahan mereka.

Santi, Ibu sudah pesan dekorasi dan souvenir undangan bagus bagus sekali” kata Ibunda Anton
oh iya, terima kasih bu selama ini Ibu telah repot” ujar Santi
tidak apa apa ini semua Ibu lakukan untuk Anton dan kamu”
tapi nanti tolong bilang ke Ibu dan Bapakmu untuk pilih pilih para calon undangan” “maksud Ibu, tidak semua teman orang tuamu perlu diundang toh”
Ibu harap kamu dan keluargamu dapat mengerti maksud Ibu sebab nanti akan banyak pejabat dan para pengusaha yang hadir di pesta. Kartu undangan yang Ibu pesan juga tidak murah” sambung Ibunda Anton.

Saat mendengar permohonan Ibunda Anton, seketika itu juga Santi seperti mau menangis sedangkan Anton yang duduk di sebelah Santi tetap asyik menyantap makan malam seakan tidak menghiraukan apa yang sedang dibicarakan Ibunya kepada Santi.

Hiruk pikuk ratusan pertanyaan tanpa jawaban terus menghantui pikiran Santi. Hanya dalam satu minggu berat badan Santi turun beberapa kilo.

Pada awalnya kedua orang tua Santi pikir anaknya memang sengaja menurunkan berat badan karena hanya tinggal beberapa bulan lagi akan menikah. Setelah Santi menceritakan masalah yang sedang dihadapinya, kedua orang tua Santi sedih dan hanya bisa mengelus dada, lalu menyarankan Santi untuk tabah dengan keputusan apapun yang akan diambilnya.

Sekitar tiga minggu sebelum hari H resepsi pernikahan, Santi memberanikan diri bicara kepada Anton calon suaminya.

Mas Anton, selama ini aku sudah mencoba bertahan tapi sepertinya aku hanya mendustai perasaanku” kata Santi dengan wajah tertunduk sedih
ada apa, San”
aku sebenarnya tidak suka dengan ibumu yang terus menerus turut campur urusan kita dan sering menganggap rendah keluargaku”
lho….itukan hal yang wajar kalau ibuku banyak ikut campur karena aku adalah anaknya” sanggah Anton
jangan jadi perasa begitulah, San, anggap saja angin lalu, lagi pula hal ini kan juga pernah kita diskusikan beberapa bulan lalu
Mas, aku sudah pikir berulangkali dan aku putuskan ingin pisah denganmu daripada kita berpisah setelah menikah nanti” jawab Santi dengan suara terbata menahan isak tangisnya
kamu nih gimana sih ? terus bagaimana dengan undangan yang sudah kita sebarkan, San ?” jangan begitu dong, San, kamu jangan bikin malu keluarga besar saya dong
maaf Mas Anton, biarlah kuakui semua ini adalah kesalahanku, tapi tekadku sudah bulat untuk berpisah”

Dengan rasa penuh kecewa Anton mengantar Santi pulang ke rumah dan mereka tidak bicara sepatah katapun selama perjalanan. Anton benar benar bingung bagaimana dia harus menyampaikan berita ini kepada orang tua dan saudara saudaranya terutama kepada Ibunda. Perdebatan itu terus berlangsung beberapa hari lamanya hanya melalui telephone tanpa bertemu muka.

Tepat sekali perkiraan Anton, begitu Ibunda mendengar cerita Anton bahwa Santi memutuskan hubungan dengannya dan membatalkan pernikahan mereka, Ibunda Anton langsung mencak mencak lalu menelephone dan melabrak orang tua Santi yang disebutnya sebagai orang tua yang tidak dapat mendidik anak wanitanya dengan benar.

Tujuh bulan kemudian, Anton menikah dengan seorang wanita pilihan Ibunda, namun usia perkawinan mereka hanya bertahan tidak lebih dari 2 tahun.

Sejak berpisah dengan Anton tiga tahun lalu, Santi semakin sering berdoa untuk mendekatkan diri kepada Ilahi. Dia merasakan betapa hidupnya sunyi dan terkadang merasa menyesal berpisah dengan Anton tetapi di sisi lain Santi merasa bahagia karena mampu mengambil suatu keputusan kritis demi masa depan perkawinannya dengan seorang “Anak Mami”.

Atas persetujuan kedua orang tuanya Santi yang saat itu sudah berusia 26 tahun dan belum memperoleh kekasih lagi, memutuskan untuk melanjutkan sekolah S2 di Monash University, Melbourne - Australia.

Di dalam pesawat Qantas, Santi berkenalan dengan seorang anak muda yang duduk di sebelahnya. Anak muda tersebut berkulit kuning langsat dan bergaya bicara sangat sopan.

hai........mbak mau ke kota mana ? oh maaf, namaku Daniel”
Oh iya aku Santi, mau ke Melbourne”
lhooo….kita satu jurusan dong, nanti transit di Sydney kan ?” kata Daniel sambil tersenyum
kamu ke sana untuk bisnis ?” tanya Santi
bukan, aku kuliah S2 Business di Swinburn University dan masih semester ke 2”
kalau aku malah baru mau ambil S2 Accounting di Monash tapi musti kursus bahasa Inggris dulu supaya bisa lulus IELTSjawab Santi.

Mereka berdua cepat sekali akrab dan ngobrol seolah mereka sudah saling kenal bertahun tahun. Perjalanan pesawat 6 jam dari Jakarta ke Sydney untuk transit selama 1 jam kemudian dilanjutkan 1 jam lagi dari Sydney ke Melbourne tidak membuat mereka merasa bosan. Malahan mereka merasa masih kurang lama untuk ngobrol saling mengenal lebih jauh.

Setibanya di Melbourne, angin dingin di bulan Agustus menusuk tulang ketika Santi menginjakan kaki pertama kalinya. Dengan senang hati Daniel mengantarkan Santi ke Apartment dimana Santi akan tinggal di lingkungan sekitar Monash University.

Sejak saat itu mereka kian sering berkomunikasi dan bertemu di akhir pekan, bahkan merekapun bercerita tentang masa lalu mereka masing masing. Perasaan saling menyukai diantara merekapun berbunga namun keduanya malu untuk menyatakan perasaan sesungguhnya.

Daniel adalah anak keturunan Tionghoa yang beragama Kristen Protestant. Sewaktu masih di bangku SMA, Daniel pernah memiliki kekasih seorang gadis Muslim tetapi perjalanan cinta mereka tidak berlangsung lama karena orang tua si gadis tidak merestuinya. Trauma yang dialami Daniel terus terbawa sehingga sejak saat itu dia belum pernah lagi memiliki pacar dan teman temannya sering mengejeknya sebagai banci.

Demikian dengan Santi yang juga tidak yakin hubungannya dengan Daniel akan mendapat restu dari kedua orang tuanya karena Santi adalah dari keluarga Muslim.

Dan, kalau malam minggu begini kamu sering ajak aku keluar, apa pacarmu tidak marah ?” goda Santi kepada Daniel
oh.....tidak San, aku tidak punya pacar tapi setidaknya ada kamu, teman untuk ngobrol, jadi aku tidak merasa kesepian

Di waktu senggang mereka berdua sering belajar bersama di perpustakaan, kemudian mereka juga menikmati keindahan kota Melbourne dari tepi Yarra River dan St. Kilda Beach.

Beruntung sekali bersamaan dengan selesainya kuliah S2, Daniel memperoleh Australian Permanent Resident untuk dapat tinggal dan bekerja secara legal di Australia. Sedangkan Santi masih membutuhkan 1 tahun lagi untuk menyelesaikan kuliah S2-nya.

Hubungan mereka berdua setelah Daniel memperoleh pekerjaan di Melbourne bukanlah merenggang tetapi malah sebaliknya, mereka semakin akrab dan saling mencintai.

San, apakah kamu mau jadi pacarku ?” tanya Daniel dengan malu malu
aku tidak akan mengusik keimananmu dan biarlah kita tetap memilikinya demi hubungan cinta kasih kita” tambah Daniel

Degup jantung Santi berlari ketika dia mencoba untuk memohon restu kedua orangtuanya. Ternyata, apa yang pepatah bilang “bila sudah jodoh takkan lari kemana” bukanlah sebuah dongeng cerita.
Kedua orang tua Santi tidak menentang tetapi malah merestuinya bila itu adalah sudah pilihan Santi dan untuk kebahagiaan masa depan Santi.
Bulan Juni tahun 1995, Santi dan Daniel resmi menjadi suami istri di catatan sipil kota Melbourne.

Tidak terasa, sembilan belas tahun terlampaui sudah Santi dan Daniel mengarungi bahtera rumah tangganya. Mereka yang dikaruniai dua orang putra yang kini telah berusia 14 tahun dan 16 tahun, memilih untuk tinggal di pinggiran kota Melbourne di sebuah rumah mewah dengan kolam renangnya.

Hubungan kedua orang tua Santi dan Daniel pun sangatlah akrab, bahkan beberapa kali mereka datang bersama ke Melbourne mengunjungi anak cucu mereka sambil pesta BBQ.

Hingga saat ini Santi masih setia sebagai seorang Muslimah sedangkan Daniel tetap memilih menjadi seorang Kristen Protestant. Mereka mendidik anak anak mereka tentang kebaikan, kerendahan hati dan cinta kasih dimana agama tidak lebih hanyalah sebuah alat pengantarnya.

Santi benar benar merasa doanya telah didengar dan dikabulkan oleh Allah untuk memperoleh suami yang sungguh baik dan sangat mencintainya, juga memiliki keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Enam tahun ke depan mereka akan merayakan Pesta Perak Pernikahan yang rencananya saat itu mereka akan berada di pesawat Qantas dari Jakarta menuju Melbourne sebagai kenangan hari pertama mereka berjumpa.

Tamat.

No comments:

Post a Comment