Saturday, February 11, 2017

AHOK DJAROT MILIK DKI JAKARTA 2017 - 2022


Minggu depan Pilkada serentak akan digelar di seluruh Indonesia. Setiap orang akan datang ke tempat pemilihan dengan harapan calon Kepala Daerah yang diunggulkannya keluar sebagai pemenang salah satunya adalah pemilihan Gubernur untuk DKI Jakarta.

Yang menarik adalah 3 Ketua Umum ParPol besar pendukung ketiga pasangan calon CaGub dan CaWaGub DKI turut terjun ke lapangan berkampanye.

Mereka berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan jagoan mereka bukan hanya karena Jakarta sebagai Ibukota negara dan pusat pemerintahan tetapi juga karena APBD nya yang mencapai angka lebih dari Rp.70 Trilyun per tahun.

Bila dihitung 1% dari Rp.70 T sama dengan Rp.700 Milyard per tahun belum termasuk gratifikasi dari para pengusaha infrastruktur dan real estate. Angka yang sangat menggiurkan bagi para "Tikus Tikus Lapar".

Sebelum Pak Jokowi dan Ahok memimpin Pemprov DKI, Jakarta memang sudah menjadi kota Metropolitan dengan bangunan kantor pencakar langit, Hotel, juga Real Estate.
Semua orang kagum melihatnya, namun mereka tidak tau dan tidak melihat bahwa terdapat ratusan bangunan bangunan tersebut yang berdiri di Lahan Hijau milik Pemda DKI. Para pejabat koruptor di Pemprov DKI mengeluarkan izin bahkan merubah tanah dari milik Pemprov DKI menjadi milik Swasta. Puluhan trilyun uang sogokan masuk ke kantong pribadi.

Beruntung sekali Pak Jokowi naik ke Kursi Presiden sehingga Ahok menjadi penerusnya mengurus DKI. Saya yakin korupsi berjamaah sepertinya sudah menjadi budaya di seluruh provinsi di Indonesia.

Sepuluh tahun era sebelum Pak Jokowi memimpin, Tikus berpesta pora membagi porsi APBN. Hal itupun juga terjadi di Pemprov DKI. Ahok terus menggempur para koruptor di dalam jajarannya dengan terus mencoba menutup setiap celah yang bisa dimanfaatkan oleh para rampok uang negara yang juga uang rakyat.

Kita semua tau siapa pendukung paslon nomor 1, dimana para Tikus Lapar sedang berharap dan mengincar untuk ambil bagian mencicipi sebagian dari APBD Rp.70 Trilyun.

Kita tidak bisa bilang paslon nomor 3 akan memurak APBD untuk kantong pribadi namun setidaknya kita semua tau bahwa dana kampanye yang mereka gunakan sebesar hampir mendekati Rp.50 Milyard adalah dari kantong pribadi mereka.
Seandainya mereka menang dalam Pilkada, maka gaji mereka ditambah tunjangan jabatan Gubernur pun selama 5 tahun (bila jujur tanpa korupsi dan tidak terima gratifikasi) tidak akan cukup untuk menutup biaya kampanye mereka.

Seandainya paslon nomor 2 memenangi Pilkada 2017 maka tidak dapat dipungkiri bahwa paslon 2 ini adalah yang Pertama Dalam Sejarah pilkada bahkan pilpres di negara Indonesia dimana CaGub dan CaWaGub menerima sumbangan kampanye dari rakyat. Jumlahnya pun tidak tanggung tanggung Rp.60 Milyard.
Suatu bukti nyata dimana rakyat rela berkorban mengeluarkan uang dan tenaga demi kemenangan paslon nomor 2.

Kerja keras Pak Jokowi untuk membangun Indonesia dan memberantas para Koruptor harus didukung penuh oleh para pemimpin daerah.

Bila anda merasa puas dengan hasil kerja Pak Jokowi menjalankan roda pemerintahan yang baru dipimpinnya selama 2 tahun ini untuk membangun dan mensejahterakan rakyat Indonesia, maka Ahok dan Djarot adalah pilihan yang paling tepat untuk kembali duduk di pucuk pimpinan Pemprov DKI untuk meneruskan dan menunjang program kerja Pak Jokowi untuk membangun Indonesia khususnya membangun DKI Jakarta dan mensejahterakan warganya.

Insya Allah, minimal 51% warga DKI Jakarta mencoblos pasangan nomor 2 yaitu pasangan Ahok - Djarot pada tanggal 15 February 2017.


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment