Sampai
hari ini PDIP masih belum memutuskan secara resmi untuk mendukung
Ahok di Pilkada walaupun signal kuat sudah mengarah ke sana.
Sebagai
peraih suara terbanyak, tubuh PDIP semakin gemuk dan membuat Megawati
lebih rajin mengawasi kelakuan para anak buahnya di lapangan.
Mulai
dari penzoliman oleh rezim OrBa dan penghianatan di dalam tubuh
partai yang dilakukan oleh Suryadi (saat itu masih PDI) rancangan
Golkar membuat Megawati menjadi sosok Ketua Partai paling senior dan
paling berpengalaman dibanding ketum parpol parpol lainnya saat ini.
Asam
garampun semakin kental ketika Megawati "dibohongi" oleh
SBY yang juga mantan anak buahnya ketika Megawati menjabat sebagai RI
1.
Dalam sebuah wawancara, Megawati bercerita bahwa beliau menanyakan langsung kepada SBY "apakah benar SBY mau maju sebagai CaPres ?" Pertanyaan tersebut dijawab "tidak" oleh SBY. Sampai tiga kali Megawati menanyakan hal yang sama tetapi SBY tetap jawab "tidak".
Nyatanya, SBY maju dan keluar sebagai pemenang.
Dalam sebuah wawancara, Megawati bercerita bahwa beliau menanyakan langsung kepada SBY "apakah benar SBY mau maju sebagai CaPres ?" Pertanyaan tersebut dijawab "tidak" oleh SBY. Sampai tiga kali Megawati menanyakan hal yang sama tetapi SBY tetap jawab "tidak".
Nyatanya, SBY maju dan keluar sebagai pemenang.
Makanya
ketika Rizal Bakri membatalkan dukungannya terhadap Jokowi saat
Pilpres lalu berbalik mendukung Prabowo, Megawati pun tersenyum
tenang dan dengan begitu eloknya beliau meminang JK mantan Ketum
Golkar yang juga merupakan kader senior di partai berlambang beringin
tersebut sebagai CaWaPres, maka suara Golkar pun terpecah.
Walaupun
Golkar yang Ketua Umumnya sekarang mantan artis "papa minta
saham" Setya Novanto sudah menyatakan dukungannya kepada Jokowi
untuk Pemilu 2019, sepertinya Megawati bukanlah seorang yang GR-an
karena beliau tau omongan seorang politikus akan beda pagi dengan
sore.
Saya
yakin tidak ada satupun kader PDIP termasuk SekJen PDIP yang tau
dengan pasti siapakah yang akan Megawati dukung pada Pilkada DKI
Jakarta 2017.
Namun
yang pasti, Megawati sedang melihat partai mana yang bisa dipercaya
dan partai mana yang tidak bisa dipercaya.
Saat
ini Ahok sudah tidak mungkin lagi maju melalui independent (waktu
pendaftaran sudah lewat) dan sudah didukung oleh 3 parpol.
Bila salah satu parpol membatalkan dukungannya terhadap Ahok dan tidak ada lagi parpol yang mendukung Ahok termasuk PDIP maka dengan sendirinya Ahok akan gugur di Pilkada 2017.
Bila salah satu parpol membatalkan dukungannya terhadap Ahok dan tidak ada lagi parpol yang mendukung Ahok termasuk PDIP maka dengan sendirinya Ahok akan gugur di Pilkada 2017.
Belum
lama ini Dhani meminta SBY untuk membujuk Wiranto agar Hanura menarik
dukungannya untuk Ahok agar Ahok tidak bisa ikut Pilkada 2017.
Ternyata permintaan Dhani tersebut bukan sekedar permintaan karena nyatanya dan nyatanya saat ini di dalam tubuh ketiga parpol pendukung Ahok (Golkar, Hanura & Nasdem) ada sekelompok orang yang sedang menjalankan usaha "kotor" untuk menggagalkan Ahok.
Hal inipun sampai ke telinga Ibu Megawati karena usaha "kotor" tersebut bukan saja datang dari parpol lain melainkan juga dari kader PDIP sendiri.
Kepiawaian seorang Megawati memainkan langkah buah caturnya dengan menaruh beberapa kader PDIP yang beliau yakini sangat loyal kepada beliau untuk masuk ke dalam gerombolan penyamun pun membuahkan hasil.
Ternyata permintaan Dhani tersebut bukan sekedar permintaan karena nyatanya dan nyatanya saat ini di dalam tubuh ketiga parpol pendukung Ahok (Golkar, Hanura & Nasdem) ada sekelompok orang yang sedang menjalankan usaha "kotor" untuk menggagalkan Ahok.
Hal inipun sampai ke telinga Ibu Megawati karena usaha "kotor" tersebut bukan saja datang dari parpol lain melainkan juga dari kader PDIP sendiri.
Kepiawaian seorang Megawati memainkan langkah buah caturnya dengan menaruh beberapa kader PDIP yang beliau yakini sangat loyal kepada beliau untuk masuk ke dalam gerombolan penyamun pun membuahkan hasil.
Dengan
didepaknya Bambang, itu adalah suatu peringatan Megawati kepada para
kader PDIP termasuk kepada ketiga Parpol pendukung Ahok untuk
menyatakan bahwa walaupun diam tapi Megawati tetap bisa melihat "isi
otak" mereka.
Sebagai
tambahan, dari ketiga partai pendukung, Nasdem dan Golkar sudah
Solid, tapi sekelompok kader Hanura yang paling kencang anginnya.
Makanya banyak pihak yang meminta Wiranto mundur dari Ketum Hanura
dengan alasan Wiranto adalah Menkopolhukam dan pribadi Wiranto yang
kokoh tetap mendukung Ahok.
Bila Ketum Hanura bukan Wiranto, kemungkinan itulah saatnya Ahok ditinggalkan.
Bila Ketum Hanura bukan Wiranto, kemungkinan itulah saatnya Ahok ditinggalkan.
Taktik
wait and see Megawati ini perlu saya acungkan dua jempol.
Terima
kasih buat teman lama saya yang tadi pagi sudah ngobrol gratis lewat
FB messenger. Kalau saat pemilu nanti dan kebenaran gue ada di
Jakarta, gue mau ikut elu lagi kampanye untuk PDIP kayak waktu kuliah
dulu, bro.
Salam Sejahtera.
Raymond Liauw
Raymond Liauw
No comments:
Post a Comment