Sunday, December 25, 2016

"KADO NATAL" UNTUK PUTIN



Penarikan pasukan Soviet dari Afganistan oleh Presiden Gorbachev dianggap sebagai kemenangan USA yang saat itu dipimpin oleh Presiden Ronald Reagan atas Soviet sekaligus untuk mengakhiri Perang Dingin (Cold War) antar kedua negara adikuasa. Kemudian krisis ekonomi berbuntut dengan "bubar"nya Uni Soviet dimana banyak negara melepaskan diri dari Rusia.

Pamor US dimata duniapun melonjak terutama di tanah Arab. Dulu saya berpikir sebagai "body guard" negara US dibayar oleh mereka yang mendapat perlindungan. Tetapi dalam kenyataannya malah US yang mengeluarkan dana untuk mereka.

Bukanlah sekali dua kali pada kampanyenya, Trump menyatakan akan men-stop jutaan dollar dana hibah untuk NATO, juga trilyunan dollar dana untuk pengamanan negara negara di Timur Tengah. Sebaliknya, Trump justru berharap USA seharusnya mendapat bayaran dari negara negara tersebut. Trump juga berharap dibayar oleh negara Jepang dan Jerman yang selama ini "dijaga" oleh tentara US.

Kemenangan Trump pada pilpres tidak terlepas dari bantuan Rusia melalui wikileak untuk menyerang rivalnya Hillary Clinton. Walaupun hal ini diakui oleh CIA namun masih dibantah oleh FBI.

Setelah Trump dilantik resmi menjadi Presiden USA pada bulan January 2017, "kerjasamanya" dengan Putin untuk "mengatur" Timur Tengah sudah diramalkan oleh para analis jauh jauh hari ketika Trump masih dalam perdebatan dengan calon presiden dari partai Repulican untuk memilih 1 orang calon maju ke final melawan calon dari Democrat.

Bila hal ini benar benar terjadi maka hubungan US dengan Uni Eropa akan kian memudar apalagi kini England bukan lagi anggota Uni Eropa.
Setelah puluhan tahun Uni Eropa dan US bergandeng tangan menghadapi Uni Soviet / Rusia, saya rasa sangatlah terlalu gegabah bagi Trump menghempaskan sebuah persahabatan.

Saya yakin banyak analis lainnya yang memilik pemikiran seperti saya termasuk Senator di Gedung Putih.

Turki yang selama ini selalu berusaha untuk diterima menjadi bagian dari Uni Eropa juga menjadi sekutu US.
Berita duka minggu lalu terjadi di Ankara dimana Duta Besar Rusia untuk Turki dibantai dihadapan para wartawan oleh seseorang yang sepertinya sedang berjihad.

Kejadian memilukan ini seakan akan sebuah "pesan khusus" akhir tahun kepada Presiden USA terpilih Donald Trump yang ingin merangkul Rusia dengan menjauhi para sekutu USA di Uni Eropa. Sekaligus merupakan "Kado Natal" untuk Putin.

Semoga kejadian tersebut tidak menjadi awal pemicu Perang Dunia III.

Perang tidak akan menciptakan kedamaian melainkan hanya akan menciptakan kehancuran di kedua belah pihak.


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment