Friday, December 16, 2016

TIONGHOA vs TIONGHOA




Kali ini saya mau sedikit kembali mengingatkan kita pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah (pernah saya tulis di artikel saya benerapa waktu lalu).


Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, para imigran Tiongkok pun mulai berdatangan, terutama untuk kepentingan perdagangan. Pada prasasti-prasasti dari Jawa orang Tionghoa disebut-sebut sebagai warga asing yang menetap di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anakbenua India. Dalam suatu prasasti perunggu bertahun 860 dari Jawa Timur disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus orang-orang Tionghoa yang tinggal di sana. Beberapa motif relief di Candi Sewu diduga juga mendapat pengaruh dari motif-motif kain sutera Tiongkok.
Jumlah orang China yang datang ke Indonesia semakin besar karena desakan ekonomi di negaranya ketika sedang terjadi Revolusi di negeri China.

Kemampuan yang mereka bawa ke tanah Indonesia adalah berdagang. Untuk itupun mereka memulai usaha dagang dengan "menempel" penguasa atau penjajah saat itu agar usahanya lancar.


Dari ribuan orang China di Indonesia saat itu, banyak yang berbaur dengan mereka yang sudah sejak nenek moyangnya lahir dan besar di Indonesia (mereka menyebut dirinya sebagai Pribumi). Kemudian terjun ke kancah perjuangan kemerdekaan bersama sama para Pribumi mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Namun, sayangnya Orde Baru sepertinya ingin menghapus nama nama pahlawan Tionghoa dari buku sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
1. Soe Hok Gie
2. Laksamana Muda TNI John Lie Tjeng
3. Siauw Gwan Swie
4. Sie King Lien
5. Djiaw Kie Siong (di rumahnya naskah Proklamasi dipersiapkan dan ditulis)
6. Lie Eng Hok
7. Yap Tjwan Bing
dan masih banyak lagi, di samping nama nama pahlawan olah raga yang membawa harum nama Indonesia di mata dunia.


Yang banyak diberitakan setelah Indonesia merdeka adalah orang orang Tionghoa di Indonesia seakan menjadi penguasa perekonomian Indonesia di segala bidang, apalagi era konglomerat Lim Sioe Liong dan William Suryajaya.

Orang orang Tionghoa dianggap memiliki kesan kongkalikong dengan para koruptor. Mereka terkesan sombong dan penindas rakyat kecil. Merekapun terkesan memiliki kasta jauh lebih tinggi dibanding rakyat kecil bahkan jijik bergaul dengan orang miskin.

Sebagai akibatnya, kami yang juga keturunan Tionghoa yang justru dekat dengan rakyat kecil dan kamipun orang miskin, dianggap seperti mereka.

Untuk itu, janganlah heran kalau kami menyebut orang Tionghoa yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat koruptor demi kepentingan bisnis pribadi, dengan sebutan Cina Sialan atau Cina Pejajaran.


Para Cina Sialan ini sudah terlalu lama dimanja oleh para pejabat pemerintah koruptor untuk melicinkan bisnisnya. Peduli setan dengan rakyat miskin akan menjadi semakin miskin. Rakyat miskin akan menjadi semakin bodoh. Yang penting bisnis para Cina Sialan ini semakin berkembang dan membuatnya semakin kaya banyak harta.


Dihajarnya bisnis pelacuran, dan perdagangan obat bius di diskotik oleh Ahok membuat mereka marah dan berontak. Namun apa daya mereka, Presiden RI saat ini Pak Jokowi bukanlah Suharto, Pak Jokowi bukan juga SBY. Hanya pada era Jokowi dan Ahok inilah koruptor meradang kering, begitupun para Cina Sialan kini kelojotan tapi mereka tidak berani terang terangan menentang Jokowi melainkan yang diserang adalah Ahok karena sesama Tionghoa.


Ketika zaman SBY yang banyak menterinya pelaku koruptor, apakah orang macam Lius Sungkharisma pernah berdemo untuk menurunkan SBY ?? TIDAK.
Saat zaman Fauzi Bowo, apakah orang macam Lius Sungkharisma juga berdemo untuk melengserkan Fauzi Bowo ?? TIDAK.


Sejak zaman penjajahan dan sampai kapanpun Cina Sialan / Pejajaran akan tetap berperan sebagai Cina Sialan / Pejajaran.
Mereka tidak akan pernah marah atau komplain apalagi berdemo menentang pemerintahan selama mereka bisa leluasa bekerjasama dengan para koruptor pejabat negara.
Saya tekankan lagi, mereka tidak akan pernah peduli untuk memajukan dan membuat rakyat miskin menjadi pintar atau anak anak orang miskin ke sekolah. Yang terpenting adalah bisnis mereka lancar dan merekapun berhasil menumpuk harta kekayaan.


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment