Monday, December 7, 2015

KETIKA TANGAN OPOSISI KIAN KOTOR




Saat ini negara negara di Afrika sedang mengalami perang saudara tetapi kita hampir tidak pernah mendengar berita mengenai US dan sekutunya menerjunkan pasukan ke sana.
Kelompok Boko Haram pun sangat bebas bergerak mengembangkan sayapnya.

Beda sekali respond yang diberikan oleh US dan sekutunya terhadap apa yang sedang terjadi di Timur Tengah. Seakan akan para kapitalis tersebut adalah "pemegang saham" di Timur Tengah dengan alasan kuno "Demi Demokrasi".


Bukanlah rahasia lagi bahwa US selalu ingin memiliki pangkalan perang sebanyak banyaknya di banyak negara agar pasukannya dapat dengan mudah menjangkau wilayah konflik.


Begitupun dengan penempatan pangkalan perang US di Philippine walaupun tidak gratis. Pada tahun 2012 pemerintah Obama mengeluarkan dana sebesar $30 million untuk membantu tentara nasional Phillipine.


Apakah itu cukup bagi US ??
I don't think so.


Indonesia adalah sebuah negara besar bukan hanya karena jumlah penduduknya tetapi juga kekayaan alamnya. Salah satunya adalah tambang emas di Papua.

Beberapa waktu lalu saya pernah memposting mengenai keberadaan PT Freeport di Indonesia yang dapat kita katakan sebagai "hadiah" kepada pemerintah US dari Kolonel Suharto karena CIA telah membantu beliau menggulingkan pemerintahan Bung Karno.


Sambil menyelam minum air.
Itulah yang saya secara pribadi katakan bahwa PT Freeport di Papua bukanlah semata mata hanya perusahaan tambang mengingat posisi NKRI sangat strategis dibanding negara ASEAN lainnya.

Setelah puluhan tahun mengeruk emas Papua dan sekaligus menggunakan kantor Freeport sebagai kantor CIA Asia Tenggara, sangatlah sulit pemerintah US melepaskannya. Ibarat anak angkat yang sudah dirawat sejak bayi kini mau dipisahkan.


Seperti yang dikatakan M. Syamsudin (Dir Ut Freeport) dalam keterangannya pada kasus papa minta saham, Freeport telah menginvestasikan jutaan dollar pada tambang emas tersebut, padahal kontrak pun belum tentu diperpanjang.

Kalau harus ditinggal begitu saja, sakitnya tembus ke ulu hati, gan.

Ketika jalan diplomasi dan pendekatan sudah tidak mampu menopang lagi, "tangan tangan kotor" akan bermain membuat suasana menjadi lebih kotor.


Kaum oposisi yang didukung oleh kaum radikal akan melangkah maju memainkan peran. Mereka adalah sahabat kaum kapitalis.

Bukankah runtuhnya Orde Lama adalah scenario CIA dengan mengorbankan puluhan ribu jiwa anak bangsa dalam suatu tragedy G30S PKI ??


Demikian pula halnya yang terjadi di Syria ketika barat menggunakan oposisi dan radikal untuk menjatuhkan Presiden Assad, walaupun selama 4 tahun ini Assad belum jatuh namun puluhan ribu rakyat tak berdosa termasuk wanita dan bayi telah menjadi korban keganasan ISIS.


Pengusaha Reza berani bilang bahwa bila Jokowi tidak memperpanjang kontrak Freeport, maka Jokowi akan jatuh.
Apakah ini sebuah "signal" dari para oposisi ??


Di sinilah perlunya bangsa Indonesia memperkokoh Persatuan dan Kesatuan bangsa menjaga Bumi Pertiwi untuk tetap tegar, mendobrak segala bentuk radikalisme dan segala rongrongan terhadap pemerintahan Jokowi - JK minimal hingga pemilu periode mendatang.

Untuk Yusril Mahendra cukup sudah rumah tangga anda berantakan tak terurus dan partai anda juga tidak maju. Jangan terlalu berambisi untuk menggantikan Jokowi.


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment