Monday, December 7, 2015

TOLERANSI dan KAUM RADIKAL



Lunturnya rasa toleransi dalam bermasyarakat biasanya terjadi di mana minoritas merasa diperlakukan tidak adil oleh kaum mayoritas.
Rasa tidak nyaman ini dirasakan bukan hanya oleh pemeluk agama minoritas tetapi juga oleh suku / bangsa minoritas pada suatu daerah / negara.


Ketika seorang dari kaum minoritas memimpin suatu daerah, katakanlah Ahok, para intolerant sangat merasa terpukul.
Apapun yang diperbuat oleh Ahok akan selalu salah. Jangankan si Ahok berbuat jahat, bahkan Ahok berbuat baikpun akan tetap salah.

Setiap kali mendemo para intolerant akan selalu menyangkut pautkannya dengan agama dan kesukuan Ahok.


Saya yakin ada di antara kalian yang nyeletuk "eehhh...... Raymond, ente membela Ahok karena ente China dan non muslim seh".


Saya akan tersenyum dan jawab anda bahwa siapapun yang menjadi Gubernur DKI tidak akan mempengaruhi saya karena saya tidak memilih siapapun.
Saya juga tidak sedang membela Ahok, melainkan yang saya soroti di sini adalah perlakuan tidak adil yang diperoleh seorang Ahok sebagai warga negara Indonesia (WNI) yang lahir dan besar di Indonesia dan memiliki garis keturunan dari China (kakek) dan Thailand (nenek).

Jadi, alasan saya menulis ini bukan karena saya adalah keturunan China dan Non-Muslim tetapi ini adalah pandangan saya yang juga sebagai kaum minoritas di USA, negara tempat saya bermukim.


Bila para intolerant sudah tidak dapat lagi mengendalikan rasa emosinya, mereka tidak akan lagi menggunakan akal sehat. Segala cara akan mereka gunakan untuk mencapai keinginannya termasuk menggunakan ayat ayat kitab suci untuk mencari pembenaran.

FPI akan menggunakan ayat Quran yang menyatakan bahwa kafir tidak boleh memimpin mereka. Semua orang yang non muslim dianggapnya kafir.
Padahal hal ini sudah ditentang oleh beberapa ulama di Indonesia.
KH Alwi Shihab dalam suatu pernyataannya mengatakan seorang non muslim pun boleh menjadi pemimpin asalkan jujur tidak korupsi.


Demikian juga Gus Nuril pada ceramahnya di sebuah gereja pada hari Natal beberapa tahun lalu menyatakan Kristiani bukanlah kafir seperti yang para intolerant teriakan.


Hhmmm....... nanti dulu sebentar sebentar........ kebayang gak' tuh oleh anda.
Seorang ulama Kyai Haji Nuril Arifin bukan hanya mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani, tetapi beliau juga merayakan Natal bersama kaum Kristiani dan bahkan menjadi penceramah di gereja pada hari Natal tersebut.


Bukan main, Subhanallah Islam yang benar benar nyata sebagai rahmatan lil alamin.

Di negara USA yang sudah merdeka sejak ratusan tahun lalu, hingga kini masih ada kaum intolerant dengan menamakan kelompoknya The Army Of God, dimana mereka menganggap bahwa ras putih adalah superior. Namun, hukum yang berlaku di sini benar benar dijalankan oleh pemerintah US. Dalam undang undang anti diskriminas dinyatakan hukum tidak akan dibedakan bagi siapapun yang bersalah dan melakukan pelanggaran, tetap diproses dan kriminal. Dengan ketegasan ini ruang gerak para intolerant sangat dibatasi walaupun sebenarnya jumlah mereka masih ratusan bahkan ribuan di pedesaan.


Dalam melakukan aksinya mereka akan mengambil kutipan kutipan ayat suci untuk mendukung kejahatan yang mereka lakukan.


Seperti yang dilakukan oleh kelompok Ku Klux Klan (KKK) yang pernah berjaya beberapa puluh tahun lalu di US, mereka memulainya dengan melakukan kebaktian di gereja sebelum melakukan aksi intolerant nya.
Kekerasan bahkan pembunuhan yang mereka lakukan terhadap kaum yang mereka anggap rendah adalah sebagai suatu hal yang wajar.
Mereka menganggap apapun bangsanya, apapun agamanya dan apapun warna kulitnya, bila tidak sama dan satu ras dengan mereka (Kulit Putih Kristiani), maka akan mereka musnahkan.


Suatu hal yang juga menarik perhatian saya adalah pakaian yang dikenakan oleh para kaum intolerant lucu seperti memakai daster atau sering disebut sebagai "manusia daster" yang menjadi kebanggaan para pengikut KKK.

 
Pelangi tidak akan cantik bila cuma satu warna. Melodi tidak akan elok bila hanya satu nada.
Begitupun Allah menciptakan dunia yang begitu indah dengan beragam bangsa dan beragam manusia.


Salam sejahtera dan selamat berakhir pekan.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment