Friday, July 1, 2016

GOLKAR "menampar" GERINDRA



Membaca berita Partai Gerindra akan mengusung Sjafri Syamsudin & Sandiaga Uno untuk maju di pilkada DKI saya berpikir sepertinya ada yang balas dendam atas keputusan tersebut.
Rakyat Indonesia masih belum melupakan bagaimana Maruf yang juga adik kandung dari Sjafri memiliki nyali besar untuk merekam pembicaraan mereka yang berakibat munculnya kasus "Papa Minta Saham" lalu menyeret Setya Novanto ke pengadilan MKD yang berujung SN mundur dari jabatan Ketua DPR.

 Jadi saya tidak yakin bila Golkar akan bekerja sama dengan Gerindra mengusung Sjafri - Sandiaga untuk melawan Ahok, walaupun Golkar sepertinya memang tidak punya kader sendiri untuk maju.

Partai Golkar yang ketika dibawah kepemimpinan ARB yang selama pemilu dan pasca pemilu bergabung dalam koalisi KMP, akhirnya resmi keluar setelah SN menjadi Ketum Golkar dan kemudian mendukung pemerintahan Jokowi JK, bahkan Golkar berkoar akan mendukung Jokowi untuk kembali menjadi Presiden RI untuk periode 2019 - 2024.

Tidak hanya itu, SN pun yang kini menjadi orang nomor 1 di partai beringin tersebut juga sudah memberikan signal bahwa Golkar akan mendukung Ahok kembali menjadi Gubernur DKI, yang berarti Golkar akan bergabung dengan Nasdem dan Hanura.

Kedua langkah Golkar tersebut seolah olah "menampar" Gerindra yang kita ketahui bahwa apapun yang dilakukan pemerintah Jokowi selalu salah di mata Gerindra. Belum lagi dendam kesumat Gerindra terhadap Ahok yang dianggapnya sebagai Malin Kundang karena keluar dari Gerindra sebagai buntut perseteruannya dengan kader Gerindra dalam hal Pilkada langsung / tidak langsung.

Hal seperti inilah yang membuat saya beberapa waktu lalu (di tulisan saya), saya bilang bahwa "The Untouchable Papa" Setya Novanto itu seperti belut yang licin ketika menggeliat.
Banyak orang bilang dengan terpilihnya SN menjadi Ketum Golkar maka Golkar sedang melakukan bunuh diri. Pandangan tersebut benar bila Golkar melakukan salah langkah.

Menurut saya, dengan mendukung Jokowi dan Ahok, Golkar saat ini sedang mengikuti arus air sungai mengalir sambil menambal bagian perahunya yang bolong bolong alias membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap partai beringin tersebut.
Seandainya, seandainya dan seandainya Golkar benar benar mendukung Ahok di Pilgub lalu Ahok menang, maka itu akan dijadikan modal kuat bagi Golkar untuk menarik simpati rakyat pada Pilpres 2019. Apalagi, bila Golkar benar benar mewujudkan janjinya untuk mendukung dan mensukseskan Jokowi untuk kembali menjadi RI1, maka di situlah si "Papa Belut" SN akan diarak arak oleh para kader Golkar dan para mantan simpatisan Golkar yang kembali percaya pada Golkar.

Tidak mustahil SN akan kembali terpilih menjadi Ketum Golkar berikutnya dan akan maju di Pilpres 2024. Ada kemungkinan juga dimana dua partai raksasa PDIP dan Golkar akan bergabung pada Pilpres 2019.


Selamat Pagi dan Selamat Beraktivitas.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment