Seringkali
kita melihat tulisan atau orang berkata "Semakin banyak jumlah
hartanya / kekayaannya di dunia berarti semakin nyata orang tersebut
diberkati Allah".
Seseorang bilang kepada saya bahwa hidupnya masih susah / miskin karena Allah belum memberikan berkat kepadanya.
Saudara
sepupu saya pernah bilang bahwa Pendeta di gerejanya sangat diberkati
Allah karena dapat dilihat dari kehidupannya yang penuh glamor. Kalau
naik pesawat minimal Business Class tapi biasanya First Class,
memiliki beberapa rumah mewah dan ruko ratusan milyard rupiah. Anak
anaknya sekolah di luar negeri juga bisa hidup mewah menikmati
"berkat" Allah.
Ada
pula umat Katholik berpikir bahwa seorang Pastor sangat diberkati
Allah karena selalu mendapat tugas ke luar negeri di Eropa atau US.
Saya bertanya:
Lantas, bagaimana dengan Para Pendeta Protestan yang hidupnya sangat sederhana melayani masyarakat miskin di pedesaan. Atau, bagaimana dengan kehidupan para Biarawan Biarawati Katholik yang selalu bergelut dengan hutan rimba untuk menjangkau umat Katholik di pelosok desa bahkan di tengah hutan.
Apakah kalian akan bilang bahwa mereka kurang atau bahkan tidak diberkati Allah ??
Saya tidak pungkiri bahwa setiap napas kehidupan adalah datang dari Allah.
Namun, saya tidak setuju bila semua rejeki dan harta kekayaan yang kita miliki di dunia ini selalu datang dari Allah.
Banyak orang piara kuntilanak atau tuyul atau pesugihan untuk memperoleh kekayaaan dengan menumbalkan jiwa pembantu RT bahkan anggota keluarga.
Apakah kekayaan yang dimilikinya juga berkat Allah ??
Para
koruptor dan para pemimpin agama penjual ayat ayat suci dapat hidup
dengan bergelimpangan harta dunia.
Apakah itu juga berkat Allah ??
Apakah itu juga berkat Allah ??
Bila kita sebagai seorang Kristiani mau melihat nasib para Rasul dan para martir pengikut Kristus, semestinya kita sadar bahwa kita harus selalu siap untuk memikul Salib (sengsara) Kristus. Bersyukurlah atas apa yang kita miliki.
Bila saat ini kita hidup susah / miskin bukan berarti kita tidak mendapat berkat Allah. Setiap napas yang kita hirup dan setiap detak jantung kita adalah berkat Allah.
Begitupun bila kita sedang senang, janganlah terlalu takabur. Lihatlah sekeliling kita masih banyak orang yang hidup susah / miskin.
Saudara kita bukanlah semata mata hanya saudara seiman melainkan juga mereka yang tidak seiman dengan kita.
Musuh utama kita adalah yang datang dari dalam diri kita sendiri karena kita yang merasa paling benar, paling suci, dan pemegang kunci Surga.
Kasih
Allah tidak pernah membedakan apakah agama kita, atau suku kita, atau
kebangsaan kita.
Kasih Allah adalah untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Kasih Allah adalah untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Berhati
hatilah dengan harta dunia yang kita miliki karena justru dapat
menjerumuskan kita ke lembah dosa.
Raymond Liauw
No comments:
Post a Comment