Sunday, January 31, 2016

IMAN, BERKAT & HARTA




Seringkali kita melihat tulisan atau orang berkata "Semakin banyak jumlah hartanya / kekayaannya di dunia berarti semakin nyata orang tersebut diberkati Allah".


Seseorang bilang kepada saya bahwa hidupnya masih susah / miskin karena Allah belum memberikan berkat kepadanya.

Saudara sepupu saya pernah bilang bahwa Pendeta di gerejanya sangat diberkati Allah karena dapat dilihat dari kehidupannya yang penuh glamor. Kalau naik pesawat minimal Business Class tapi biasanya First Class, memiliki beberapa rumah mewah dan ruko ratusan milyard rupiah. Anak anaknya sekolah di luar negeri juga bisa hidup mewah menikmati "berkat" Allah.

Ada pula umat Katholik berpikir bahwa seorang Pastor sangat diberkati Allah karena selalu mendapat tugas ke luar negeri di Eropa atau US.


Saya bertanya:
Lantas, bagaimana dengan Para Pendeta Protestan yang hidupnya sangat sederhana melayani masyarakat miskin di pedesaan. Atau, bagaimana dengan kehidupan para Biarawan Biarawati Katholik yang selalu bergelut dengan hutan rimba untuk menjangkau umat Katholik di pelosok desa bahkan di tengah hutan.
Apakah kalian akan bilang bahwa mereka kurang atau bahkan tidak diberkati Allah ??


Saya tidak pungkiri bahwa setiap napas kehidupan adalah datang dari Allah.
Namun, saya tidak setuju bila semua rejeki dan harta kekayaan yang kita miliki di dunia ini selalu datang dari Allah.


Banyak orang piara kuntilanak atau tuyul atau pesugihan untuk memperoleh kekayaaan dengan menumbalkan jiwa pembantu RT bahkan anggota keluarga.
Apakah kekayaan yang dimilikinya juga berkat Allah ??

Para koruptor dan para pemimpin agama penjual ayat ayat suci dapat hidup dengan bergelimpangan harta dunia.
Apakah itu juga berkat Allah ??


Bila kita sebagai seorang Kristiani mau melihat nasib para Rasul dan para martir pengikut Kristus, semestinya kita sadar bahwa kita harus selalu siap untuk memikul Salib (sengsara) Kristus. Bersyukurlah atas apa yang kita miliki.
Bila saat ini kita hidup susah / miskin bukan berarti kita tidak mendapat berkat Allah. Setiap napas yang kita hirup dan setiap detak jantung kita adalah berkat Allah.
Begitupun bila kita sedang senang, janganlah terlalu takabur. Lihatlah sekeliling kita masih banyak orang yang hidup susah / miskin.


Saudara kita bukanlah semata mata hanya saudara seiman melainkan juga mereka yang tidak seiman dengan kita.
Musuh utama kita adalah yang datang dari dalam diri kita sendiri karena kita yang merasa paling benar, paling suci, dan pemegang kunci Surga.

Kasih Allah tidak pernah membedakan apakah agama kita, atau suku kita, atau kebangsaan kita.
Kasih Allah adalah untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Berhati hatilah dengan harta dunia yang kita miliki karena justru dapat menjerumuskan kita ke lembah dosa.


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment