Sunday, January 31, 2016

PELACUR dan "WANITA EMAS"



Politik uang bukanlah barang baru terutama setiap kali menjelang Pemilu dan Pilkada.


Seorang pelacur secara terang terangan melanggar perintah agama manapun dengan menjajakan dirinya.
Mereka membanting harga diri mereka demi memenuhi kebutuhan hidup dan susu formula bayi mereka. Adapula diantara mereka yang hanya ingin menikmati glamornya dunia.
Apapun alasannya, tanpa rasa munafik mereka tidak malu menjajakan tubuh mereka ke para pria hidung belang. Mereka tidak menjual ayat suci.


Berbeda dengan seorang wanita yang dijuluki sebagai "Wanita Emas" yang ingin terlihat sebagai wanita solehah tampak sangat anggun layaknya putri keraton dengan kerudungnya. Lelaki hidung belangpun rasanya gemes dengan gaya dan tutur bahasanya yang luwes kemayu.
Namun sangat disayangkan, demi mencapai ambisinya untuk menjadi seorang pejabat publik dia melakukan apa saja sekalipun apa yang dibenci oleh masyarakat pintar malah sengaja dilakukannya. Atau mungkin juga memang dia tidak memiliki otak pintar sehingga dia melakukannya.


Sadar atau tidak sadar si "Wanita Emas" telah "Melacurkan" akhlak dan harga dirinya sendiri dengan menganggap rendah dan menghina martabat para orang miskin.
Dia berpikir bahwa harga martabat orang miskin hanyalah seharga selembar uang 5 ribu perak dan sembako lalu bersedia memilihnya sebagai pemimpin mereka.
Dengan caranya tersebut, dia secara langsung pula telah mengajarkan orang miskin untuk menjadi pengemis tanpa bekerja.


Mungkin setelah acara bagi bagi uang selesai si "Wanita Emas" langsung cepat cepat ke salon untuk mandi susu gara gara naik bajaj dimana selama di dalam bajaj dia menikmati vibration alias getaran bangku bajaj yang tepat di bawah pantatnya sambil merem melek meresapi khayalannya.......


Jangan anda pikir harkat martabat orang miskin lebih rendah daripada anda yang merasa orang kaya.

Tetapi yang pasti adalah harga diri seorang pelacur lebih tinggi daripada harga diri anda walaupun anda dipanggil sebagai "Wanita Emas" dan berteman dengan seorang "Pangeran".

Saya usulkan ibu ganti julukan menjadi "Wanita Goceng".


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw.

No comments:

Post a Comment