Wednesday, February 10, 2016

AHOK DOMBA BERTARING SINGA




Salah satu sifat buruk orang kaya adalah mereka sering berpikir bahwa mulai dari aparat dan pejabat negara hingga pembuat undang undang dapat dibeli dengan uang.

Saya tidak akan heran bila ada di antara anda yang pernah sakit hati karena dihina dan dimaki oleh orang kaya layaknya anda adalah kecoa busuk.

Sudah bukan rahasia umum bahwa mereka menyogok aparat pemerintah dan pembuat UU untuk melancarkan bisnis mereka bahkan mengemplang pajak.

DKI Jakarta merupakan sebuah kota metropolitan yang megah apalagi kalau melihat kerlap kerlip lampu di malam hari boleh dibilang sebagai kota yang tak pernah tidur seperti New York di Amerika.

Saya yakin masih terdapat ribuan bahkan mungkin jutaan rakyat Indonesia yang tinggal di daerah belum pernah sekalipun menginjakan kakinya di Jakarta. Bagi mereka Jakarta adalah sebuah kota idaman untuk tinggal dan bekerja.

Sejak zaman orde baru, jabatan di PemProv DKI adalah ladang basah untuk mengisi pundi. Lahan jalur hijau dijadikan tempat tinggal atau tempat usaha. Para cukong ketawa ketiwi bersama para wanita penghibur import ditemani Jack Daniels dan Johnny Walker.
Tidak ada yang protes apalagi demo. Seolah olah apa yang ada sudah sesuai dengan hukum yang berlaku. Semua bungkam bisu termasuk mereka yang disebut sebagai Anggota Dewan Rakyat.
Bila uang sudah berbicara maka semua masalah masuk kamar tutup pintu lalu matikan lampu dan tidur pulas.

Tanpa kita sadari bahwa sebenarnya selama itu pula pemerintah DKI telah melakukan pembodohan terhadap rakyat berserta anak cucunya.
Kebiasaan sogok menyogok menjadi budaya. Prilaku kekerasan tertanam pada jiwa jiwa orang miskin yang tidak mampu melawan orang kaya yang dibekingi oleh aparat pemerintah.

Rakyat berlomba saling sikut untuk menjadi pejabat pemerintah dan bersaing untuk menjadi Anggota Parlemen dengan dalih membela rakyat kecil yang hanyalah alasan sampah basi. Begitu mereka terpilih duduk di gedung parlemen atau menjadi pejabat negara, peduli setan dengan rakyat miskin.

Masa masa itu sudah menjadi kenangan dan bagian dari sejarah DKI Jakarta setelah Jokowi memegang kursi Gubernur lalu diteruskan oleh Ahok seorang keturunan Cina dan Kristen.
Ahok tidak pernah peduli walaupun dikafir kafirkan dan dicina cinakan oleh mereka yang rasis dan mengaku beragama.

Mulai dari rumah susun, tunjangan sekolah dari SD hingga perguruan tinggi negeri. Bahkan kini KJP pun akan dapat digunakan untuk pembelian sembako dan 50% discount untuk pembelian daging bagi pemegang KJP.
Semua yang dilakukan adalah untuk mengangkat drajad orang orang miskin di DKI Jakarta.

Anda tidak perlu bingung dari mana uang PemProv DKI sebanyak itu.
Sejak adanya e-budgeting maka sudah Puluhan atau mungkin Ratusan Trilyun Rupiah APBD DKI yang terpotong dan diselamatkan dari para bedebah koruptor.
APBD DKI yang selama ini dijadikan lumbung padi oleh para poliTikus koruptor kini dikunci rapat oleh Ahok.

Para orang kaya di DKI akan semakin banyak menghadapi rintangan. Selain mereka akan membayar pajak lebih besar, mereka pun tidak lagi dapat menggunakan uangnya sebebas dulu untuk membeli dukungan poliTikus koruptor. Para koruptorpun juga akan menaikan harga tawar karena resiko yang dihadapi akan semakin berat.

Para anggota dewan kian gerah dan sulit bergerak. Dengan Gubernur Gubernur sebelum Jokowi dan Ahok, mereka sangat mudah mendapatkan persetujuan. Tetapi kini meminta tunjangan rapat sebesar Rp.300 ribu untuk setiap rapat pun ditolak Ahok.

Mereka sebagai Wakil Rakyat tapi rapat saja koq' minta tunjangan yah ??? Naujubilahi minzalik !!!

Ahok layaknya seekor domba bernyali dan bertaring singa yang selalu siap melindungi domba domba lainnya menghadapi serangan ganas serigala dan hayna.
Nyawanyapun sudah dipersiapkan demi kepentingan dan kesejahteraan warga DKI Jakarta.


Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment