Friday, February 19, 2016

POLITIK dan BISNIS "LENDIR"



Beberapa tahun lalu, waktu saya masih tinggal di Los Angeles, seorang sahabat lama dari Jakarta datang berkunjung.

Dua sahabat lama tidak bertemu, maka kami ngobrol ngalor ngidul ketawa ketiwi mulai dari masa masa bujangan hingga tawarannya untuk kerjasama dalam usaha "Bisnis Lendir".

Bisnis lendir tidak memandang suku bangsa, bahasa apalagi agama. Bisnis ini lebih mengutamakan kebutuhan, selera dan kepuasan.
Teman saya berani jamin investasi Rp.2 M akan balik modal kurang dari satu tahun. Para pekerja wanitanya bisa lokal maupun import. Sedangkan pelanggannya pun mulai dari orang biasa hingga pejabat negara, tergantung pesanan.

Namun, karena dia melihat saya kurang tertarik dengan bisnis tersebut dan sejenisnya, maka kamipun menyudahi kongkow kongkow lagipula jam saat itu sudah hampir menuju angka 3 pagi.

Saya yakin hampir di seluruh negara di dunia ini hingga pelosok Afrika pun bisnis lendir selalu hadir menemani. Baik itu yang terbuka maupun terselubung.

Setiap minggu kita pergi ke gereja atau kelenteng, bahkan 5 kali sehari kita diingatkan untuk sholat, tetapi kita sering menutup mata dan pura pura tidak melihat atau pura pura tidak tau bahwa banyak praktek "kotor dan najiz" di sekitar kita. Semua seperti sudah terbiasa layaknya makan 3 kali sehari. Gue urus urusan gue dan elu urus urusan elu. Masing masing memiliki tanggung jawab kepada Tuhan.

Demikianlah yang terjadi pada manusia sejak zaman purba.
Orang yang takut Tuhan akan membentengi diri dan keluarganya dengan keimanan yang kokoh. Sedangkan pecundang akan terjerumus ke lembah hitam.

Situasi akan menjadi menarik ketika masalah bisnis lendir dipolitisir oleh para politikus. Di satu sisi mereka menentang bisnis lendir tapi di sisi lain mereka ingin menarik perhatian rakyat agar terlihat seakan akan mereka pro yang tertindas.
Bahkan mungkin ada politisi yang sebenarnya justru mendukung bisnis lendir (punya saham) tetapi takut diserang dan tidak didukung oleh mayoritas.

Sama halnya dengan rencana PemProv DKI menertibkan kawasan lokalisasi Kalijodo karena lokasi berada di Jalur Hijau. Berbagai sosok elemen masyarakat turut ambil bagian dalam liputan berita. Musikus Ahmad Dani beserta 'sohibnya' si Farhat Abbas, hingga wakil rakyat si 'ganteng' Lulung dan Hidayat Nur Wahid turut memasuki ring. Belum lagi adanya permintaan warga Kalijodo untuk juga mendatangkan si Raja Dangdut Rhoma Irama untuk tampil.

Mengikuti berita penertiban Kalijodo seperti menikmati rasa permen nano nano.
Semua ingin tampil, semua ingin diliput berita dan semua ingin menjadi pahlawan entah siang atau malam, dengan sasaran utama yaitu kursi Gubernur DKI Jakarta.

Kisahnya akan menjadi lebih seru bila para preman Kalijodo membuktikan ancamannya pada hari H nanti untuk melakukan bentrokan melawan gabungan aparat Kepolisian dan TNI.
Jangan lupa bahwa para premanpun didukung oleh para backing oknum Polisi dan oknum TNI.



Salam sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw


No comments:

Post a Comment