Monday, July 17, 2017

KATA MAAF BUPATI MENYENTUH HATI



Berbahagia sekali bangsa Indonesia yang hidup di tengah beragam adat istiadat, budaya dan agama. Sikap toleransi untuk saling menghargai mereka yang berbeda akan memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa ini.
Namun, tidak jarang politisasi telah merambah ke segala sektor termasuk dunia pendidikan hanya karena sekelompok orang sedang memaksakan kehendaknya untuk mengganti ideologi negara bahkan memaksakan kebudayaan asing untuk diterapkan di masyarakat Indonesia.

Pejabat pemerintah sebenarnya adalah mereka yang mengabdi kepada rakyatnya tanpa terkecuali apa etnisnya, agamanya maupun latar belakang adat istiadatnya. Inilah pengamalan sila ke-5 Pancasila "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Bila seorang pejabat hanya berpihak kepada pemeluk agama tertentu, atau hanya kepada suku tertentu lantas dimanakah letak keadilannya ???

Di Bandung kita ada Kang Emil, di Purwakarta ada Kang Dedi Mulyadi, di Surabaya kita punya bu Risma. Di Banyuwangi pun kita punya Pak Azwar Anas.

Pada saat Presiden Jokowi bersama para anggota kabinetnya sedang bekerja keras untuk menumpas radikalisme dan kaum intoleran di Indonesia, beberapa waktu lalu malah di Banyuwangi seorang anak non Muslim mengundurkan diri dari Sekolah karena dipaksa harus mengenakan jilbab padahal si anak bukan seorang muslim.
Bukankah pemaksaan untuk ber-jilbab kepada kaum non Muslim adalah suatu hal yang berlebihan ?? dan diskriminasi ??
Lebih parahnya lagi diskriminasi ini dilakukan oleh pihak sekolah dimana para siswanya adalah penerus bangsa dan para calon intelektual.

Hati kita akan merasa tentram saat membaca berita mengenai seorang pejabat negara meminta maaf kepada seorang korban diskriminasi dari pihak sekolah hanya karena dia bukan seorang Muslim. Si anakpun bukan dari keluarga berada, sedangkan ayahnya adalah seorang tukang tambal ban.
Berapa banyak pejabat atau politikus bahkan ulama di Indonesia yang telah menghina / melecehkan keimanan kaum minoritas kemudian melakukan permohonan maaf ??
Baru baru ini malah ada ulama terhormat mengeluarkan statement menyamakan Vatikan dengan Khilafah. Sungguh mengejutkan.

Kini dapat kita bayangkan, seorang Bupati muslim yang sangat dihormati oleh warganya, meminta maaf kepada salah satu warganya korban diskriminasi agama, dari keluarga miskin dan non Muslim bahkan mengajak keluarga tersebut makan di satu meja bersamanya.
Benar benar sebuah permohonan maaf yang sangat berarti dan sungguh menyentuh hati.

Bupati Azwar pernah ditawarkan untuk dicalonkan menjadi Gubernur Jawa Timur tapi beliau memilih akan memfokuskan diri di Banyuwangi. Jawaban inilah yang juga pernah disampaikan oleh Kang Dedi dan Kang Emil ketika mereka ditawarkan untuk melawan Ahok di Pilgub Jakarta beberapa waktu lalu.

Inilah wajah bangsa Indonesia yang sesungguhnya dimana keberagaman dan perbedaan bukanlah suatu alasan untuk mengurangi rasa persatuan dan kesatuan bangsa.


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment