Monday, January 1, 2018

BRAVO ANANDA SUKARLAN !!! HATI NURANI TAK MAMPU BERDUSTA

BRAVO ANANDA SUKARLAN !!!
HATI NURANI TAK MAMPU BERDUSTA
(Renungan)


Beberapa hari lalu saya menulis sebuah artikel mengenai seorang pengrajin muslim bernama Rudy Erma Wanto di Jepara yang menghasilkan karya ukirnya yang bernapas Kristiani berupa wajah Kristus Bermahkota Duri, Perjamuan Terakhir, dan Kisah Perjalanan Kristus (mulai dari lahir, Yesus mengajar, mukjizat meneduhkan angin, wafat di kayu salib, hingga naiknya Kristus ke Surga).

Saya sungguh salud kepada si pengrajin yang tidak pernah takut didemo, dituduh kafir atau mungkin dituduh sebagai gerakan pemurtadan terhadap umat muslim.
Nyatanya sangatlah tidak mudah untuk menghasilkan karya karya ukir nan cantik elok tersebut tanpa memiliki hati nurani yang benar benar jernih tidak terkontaminasi dengan politik.

Berita yang viral sejak kemarin, seorang Pianis yang juga Komposer Ananda Sukarlan melakukan walk out saat Anies memberi sambutan pada acara peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius.
Di kalangan dunia musik Classic terutama di benua Eropa nama Ananda Sukarlan asal Indonesia ini bukanlah nama musisi baru. Berbagai penghargaan dunia telah diraihnya bahkan beliau adalah satu satunya orang Indonesia yang namanya tercatat dalam buku “The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century” yang berisi riwayat hidup 2000 orang yang dianggap berdedikasi pada dunia musik.
Ananda merupakan salah satu dari 5 alumni Kolese Kanisius yang akan menerima penghargaan pada acara tersebut.
Ananda bukanlah seorang politikus apalagi orang parpol. Beliau hanyalah seorang musician yang berdedikasi tinggi pada dunia musik namun hati nuraninya teruji ketika beliau seakan akan “dipaksa” oleh panitia acara untuk mendengarkan pidato seorang Gubernur yang diundang dan menjadi salah satu pembicara pada acara tersebut. Tidak banyak orang yang mampu melawan suara hati nuraninya apalagi yang dihadapinya adalah orang nomor 1 di jajaran Pemprov DKI.
Ananda memilih untuk walk out karena beliau mengikuti suara hatinya.  Ananda yang adalah seorang muslim berbicara tidak mengatasnamakan agama maupun SMA Kolese Kanisius melainkan mengucapkannya langsung dari lubuk sanubari.
Kejujuran dan keberaniannya tidak takut akan kehilangan penggemarnya di Indonesia dan dunia. Malah sebaliknya, beliau telah menunjukan kepada kita semua bahwa beliau memang pantas untuk menerima penghargaan dunia sebagai “outstanding person” bukan hanya karena prestasinya di dunia musik namun juga karena beliau mengedepankan hati nurani dan sifat kemanusiaannya yang tidak mampu berdusta.

Dalam kehidupan nyata banyak sekali kenyataan dimana lidah dan ucapan bibir telah menjadikan seseorang menjadi manusia munafik. Kemarin bilang haram, hari ini bilang halal hanya untuk memuaskan ego dan napsu kekuasaan.
Untuk itu, saya benar benar bangga dan salud kepada sahabat saya Ananda Sukarlan, yang kebenaran juga adalah pernah menjadi teman sekelas saya sewaktu di SMP VAN LITH (Budi Mulia), Gunung Sahari - Jakarta Pusat.

Seseorang yang memperoleh kemenangannya dengan cara picik licik, rasis diskriminasi dan tidak manusiawi sesungguhnya dia adalah seorang pecundang yang tidak memiliki hati nurani dan sungguh tidak bernilai.

“Tanyalah hati tentang segala perkara karena sesungguhnya ia adalah saksi yang tidak akan menerima suap” - Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

#BravoAnandaSukarlan


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment