Monday, January 1, 2018

PANCASILA VS KHILAFAH



Ketika suatu masalah muncul maka ramai orang membicarakannya. Mulai dari tukang ojek, tukang ketoprak hingga Manajer kantor atau bahkan pemilik pabrik turut bergunjing.
Sama halnya ketika tersebar video mantan Menpora Adhyaksa Dault sedang teriak teriak mendukung khilafah, atau ketika Bachtiar Nasir berpidato di hadapan ribuan orang untuk menjunjung khilafah, atau ketika Felix Siauw berpidato di atas podium juga dihadapan ribuan orang yang sedang berjuang untuk menegakan khilafah di Indonesia, maka ramai ramai kita mempergunjingkannya terlebih di medsos. Begitupun saat 10 orang politikus ditangkap karena merencanakan makar untuk menggulingkan Presiden Jokowi ketika Aksi nomor togel, kitapun dibuat heboh malah beritanya dibesar besarkan bahwa mereka akan dipenjara seumur hidup.

Tapi kenyataan yang kita lihat........ bau kentut itupun hilang sendiri.

Rizieq buron bukanlah masalah melecehkan Pancasila dan makar untuk menjatuhkan Presiden Jokowi, melainkan masalah Video Porno dan Kasus Selangkangan Firza Husein.
Mungkin ini adalah salah satu strategy Pemerintahan Jokowi untuk tidak menjebloskan mereka ke penjara karena khawatir dianggap diktator sedangkan mereka akan merasa dizolimi kemudian akan menyeret dunia internasional (playing victim).

Di tengah semua “sandiwara politik” ini saya melihat hanya NU dan para Bansernya yang konsisten terus memerangi radikalisme dengan menghalau semua bentuk kegiatan penyebaran ideologi khilafah yang Anti Pancasila. Keseriusan NU untuk menjaga NKRI, ideologi Pancasila dan UUD’45 tidak perlu diragukan lagi.
Bagi saya, NU dan para Bansernya bukan cuma sekedar pribumi melainkan mereka semua adalah WNI (Warga Negara Indonesia). Bila kalian adalah WNI maka kalianpun seharusnya mampu untuk menjadi “Banser NU” (tanda petik) demi menjaga ideologi Pancasila dan keutuhan NKRI.

Ideologi Khilafah hanya untuk 1 (satu) agama yaitu 1 (satu) Islam yang umatnya cuma tunduk pada 1 orang khilafah.
Jutaan muslim di Iraq dan Suriah dipenggal karena mereka tidak tunduk pada ISIS yang kini sedang “melarikan diri “ ke Asia Tenggara.
Di Mindanau-Phillipines, mereka dihantam habis oleh Rodrigo Duterte seorang Presiden yang tidak pernah takut dituduh sebagai pelanggar HAM, yang juga pernah menyebut Obama sebagai “son of a bitch” dan menyuruh PM Canada untuk “lay off the bullshit”.
Sedangkan di Indonesia, penyebaran atau dakwah mengenai ideologi khilafah masih terus gencar dilakukan hingga ke pelosok desa. Pendakwah radikalnya bebas berkeliaran teriak teriak.
Seandainya suatu saat ideologi khilafah benar benar menguasai Indonesia, maka dari seberang benua akan saya linangkan air mata saya untuk kalian karena saya yakin saat itu situasi Indonesia akan sama dengan Suriah saat ini.

Dalam 2 tahun sisa pemerintahannya, saya berharap pemerintahan Jokowi akan lebih serius menghantam kaum radikal dan intolerant. Bila Kerajaan Arab Saudi saat ini sedang menghabisi para ulama radikal, maka pemerintah Indonesiapun semestinya juga bisa menangkap dan menjebloskan para ulama radikal ke penjara.

Masa depan suatu bangsa bukanlah ditentukan oleh bangsa asing melainkan oleh bangsa itu sendiri.


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment