Sunday, May 14, 2017

AKAR MERINDUKAN RANTING DAN DAUN



Tiga puluh tiga tahun bukanlah waktu sebentar untuk menjadi penguasa. Kurun waktu tersebut cukup untuk menciptakan akar pohon yang kokoh mencengkram sebuah generasi.
Ketika pohon tersebut dipaksa tumbang hanya dengan menebang batangnya, tidak berarti akar pohon tersebut ikut tumbang namun terus berusaha hidup dengan menciptakan ranting dan daun agar kelak kembali terlihat menjadi sebuah pohon secara utuh.

Saya yakin tidak sedikit orang yang menyesalkan bahkan marah atas tumbangnya rezim orde baru terutama mereka yang pernah merasakan nikmatnya buaian angin di bawah lebatnya daun pohon beringin.
Kekuatan itu kini sedang mencoba untuk bangkit dan sedang memupuk kepercayaan dari rakyat bawah kembali melalui seorang calon Gubernur.

Saya pribadi bukanlah seorang yang Anti Suharto karena tidak munafik saya adalah generasi yang turut menikmati perubahan Indonesia khususnya perkembangan / kemanuan kota Jakarta.
Banyak sekali program mantan Presiden RI Alhm. bakap Suharto yang sampai hari ini dinikmati oleh rakyat Indonesia seperti pencanangan KB, listrik masuk desa, swasembada pangan, disamping pembangunan gedung pencakar langit di kota kota besar. Seperti yang saya bilang di atas bahwa 33 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk melaksanakan ini semua.
Terkadang saya rindu menonton TVRI acara Kelompencapir dimana Pak Presiden berdialog langsung dengan para petani di pematang sawah.

Pergantian presiden RI pasca orde baru terlalu singkat sampai suatu saat seseorang memperoleh kesempatan selama 10 tahun mengelola negara namun orang tersebut lupa bahwa waktu sudah berubah bukan lagi orde baru. Korupsi terus berjalan bahkan terkesan dipelihara. Sepuluh tahun masa bermunculannya koruptor koruptor baru yang ingin juga menikmati apa yang para pejabat orde baru dulu pernah rasakan. Korupsi gila gilaan tak terkendali bagaikan orang buta baru melek melihat indahnya dunia.

Sekarang kita sudah memiliki seorang Jokowi yang berlatar belakang sebagai seorang pemuda desa sederhana yang kini menjadi Presiden RI. Beliau tau betul bahwa seorang pemimpin berasal dari rakyat sehingga harus dekat dengan rakyat seperti yang dulu pernah Pak Suharto lakukan.
Seringkali Pak Jokowi turun berinteraksi langsung dengan rakyatnya bahkan mengundang para pengemudi ojek dan pedagang kaki lima untuk datang makan bersama di Istana negara.

Pak Jokowi juga kembali melanjutkan apa yang sudah baik dilakukan oleh Pak Suharto bukan hanya listrik masuk desa tetapi juga memperbaiki jalan untuk dapat dilalui mobil di provinsi provinsi yang selama ini tertinggal.
Di saat yang bersamaan kini akar akar rezim orde baru juga sedang berupaya bangkit kembali untuk berkuasa.
Rakyat yang memilih rakyat pulalah yang kelak akan merasakan pilihannya.

Sebagai kata penutup saya cuma mau bilang "Gue demen sama kacamata hitam luh, Tom".


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment