Sunday, May 14, 2017

DUA PEMIMPIN LANGKA DI INDONESIA



Walau kata Penguasa dan Pengusaha agak mirip namum kedua kata tersebut berbeda arti. Suatu hal yang pasti adalah Penguasa dan Pengusaha selalu akan memiliki “hubungan” yang sangat erat walaupun dalam prakteknya kebanyakan Pengusaha akan mengikuti tindak tanduk para Penguasa dan pembuat undang undang.

Tengoklah sepak terjang para Pengusaha Pribumi maupun Pengusaha Non Pribumi yang berkolaborasi bersama Penguasa dan pembuat undang undang dengan menghalalkan segala cara demi melancarkan kepentingan bisnis mereka. Pada masa Orde Baru, masih kental di ingatan kita begitu banyaknya bidang usaha yang dilakukan oleh putra putri dari Almh. Presiden Soeharto. Mulai dari proyek jalan layang, reklamasi pulau, usaha perkebunan hingga automotive dimiliki oleh mereka yang menyebut kelompoknya sebagai anggota keluarga besar Cendana.

Pada tahun 1998, terdapat 48 bank menerima uang BLBI sebesar Rp.147,7 Trilyun dimana telah terindikasi sebanyak Rp.138 Trilyun telah terjadi penyimpangan yang mengakibatkan puluhan pemilik bank ditetapkan sebagai terpidana bersama puluhan pejabat negara yang melakukan korupsi.
Sebenarnya saya agak risih menggunakan kata Pribumi dan Non Pribumi tetapi kita juga tidak perlu munafik bahwa dalam kenyataannya di tengah masyarakat Indonesia masih banyak kelompok rasis dan diskriminasi yang akan tetap terus menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan mereka sehari harinya.

Kejahatan para Penguasa dan Pengusaha koruptor akan menghancurkan system demokrasi dan setiap persendian roda pemerintahan. Koruptor akan mendulang emas di atas penderitaan rakyat kecil. Kalau berbicara / berdiskusi mengenai hal Surga Neraka mereka akan terlihat sebagai ahlinya dan seolah merekalah pemilik kavling Surga. Sedangkan rakyat lugu yang berpihak kepada mereka akan semakin terperangkap dan terperosok ke jurang kemiskinan dan kekumuhan berikut anak anak bahkan cucu cucunya.

Kebodohan, cara pandang sempit dan radikalisme akan terus ditanamkan dalam hati dan pikiran rakyat lugu bahkan sejak masih duduk di bangku kelas SD.
Contoh paling mudah dapat kita lihat adalah adanya ormas berbasis agama dan sebagian rakyat yang mendukung salah satu anggota keluarga Cendana untuk menjadikannya sebagai Calon Presiden. Padahal sudah jelas jelas selama puluhan tahun ratusan Trilyun uang negara / rakyat dirampas untuk memperkaya kantong pribadi, keluarga dan kroni. Hanya orang yang tidak waras dan tidak memiliki hati berpihak kepada mereka.

Dalam suatu perdebatan, kelompok rasis akan berteriak teriak sambil menyebut nama nama seperti Eddy Tansil, Samadikun Hartono, Sjamsul Nursalim, Hendra Rahardja bahkan puluhan nama pengusaha keturunan Tionghoa lainnya yang melarikan diri ke luar negeri karena terjerat kasus korupsi. Tetapi kaum rasis tersebut tidak mampu berpikir bagaimana dan kenapa para pengusaha keturunan Tionghoa sampai berani melakukan tindak kriminal tersebut.
 Kebebalan dan Kedunguan kaum rasis tidak dapat melihat bahwa para penjahat pengusaha keturunan Tionghoa tersebut didukung dan bekerja sama dengan para Penguasa / Pejabat koruptor yang justru sering mereka banggakan dengan sebutan Pribumi Muslim.

Jadi jelas bahwa tindak pidana korupsi dapat dilakukan oleh siapapun tanpa melihat suku, agama maupun ras seseorang. Menumpuk kekayaan pribadi dan kroni adalah tujuan utama koruptor tanpa mempedulikan nasib rakyat kecil apalagi rakyat yang hidup jauh di desa terpencil.

Pak Jokowi dan Pak Basuki (Ahok) berasal dari latar belakang etnik yang berbeda, yang satu Jawa Muslim dan satunya lagi Tionghoa Kristen, namun mereka adalah termasuk dua manusia langka di Indonesia. Mereka berdua menarik hati rakyat dengan menunjukan keberhasilan dan bukti kerja nyatanya, juga terus berusaha untuk mengkikis habis Pejabat Koruptor dan Pengusaha Kotor. Mereka berdua tidak takut untuk tidak popular dan tidak takut akan bahaya yang setiap saat dapat menyerang mereka.

Sedangkan di sisi lain yang bertolak belakang, Pejabat Koruptor dan Pengusaha Kotor dibantu oleh ormas ormas radikal akan saling bekerja sama untuk terus mencari cari kesalahan Pak Jokowi dan Pak Basuki (Ahok) dengan menyebarkan berita berita hoax fitnah. Dalam aksinya mereka menyelimuti dirinya dengan jargon jargon ayat ayat kitab suci untuk menarik simpati hati rakyat.

Rakyat Indonesia yang hidupnya sudah miskin akan hidup lebih menderita bila Pejabat Koruptor dan Pengusaha Kotor yang keluar sebagai pemenang dalam percaturan politik di dalam negeri.

“Tanyailah hati tentang segala perkara karena sesungguhnya ia adalah saksi yang tidak akan menerima suap” – Sayyidina Ali bin Abi Talib.



Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment