Thursday, March 22, 2018

CINTAKU UNTUK KELUARGAKU



Sewaktu masih di Indonesia, saya pernah kenal seorang yang sudah memiliki istri dan 2 anak (2 th dan 4 th).
Suami istri aktiv di gereja (Protestant) bukan hanya pelayanan setiap minggu tetapi juga setelah pulang kerja si suami ikut rombongan jemaat gereja mengunjungi dan mendoakan orang orang sakit baik di rumah sakit maupun di rumah mereka yang sedang terbaring sakit.
Lama kelamaan si suami lebih semakin aktiv pada kegiatan gereja dan sering bepergian keluar kota dan luar pulau Jawa hingga pelosok desa. Akibatnya, dia diberhentikan dari tempat kerja karena terlalu sering tidak masuk. Sedangkan istrinya yang tidak pernah bekerja di kantor karena lebih memilih mengurus kedua anaknya yang masih balita, kini harus bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga.
Pada awalnya si suami pulang ke rumah di Jakarta saat akhir pekan (Sabtu dan Minggu) tapi lama kelamaan semakin jarang pulang ke rumah cuma 2 kali dalam sebulan. Si istri keberatan dan pernah konsultasi dengan Pak Pendeta yang memiliki program tersebut, tapi Pak Pendeta bilang apa yang dilakukan oleh suami sudah menjadi “Panggilan Tuhan”.
Pihak gereja pun membantu memberikan uang setiap bulan kepada istri untuk meringankan beban hidupnya, tapi si istri tetap harus bekerja karena yang diterima dari gereja masih tidak cukup.
Sejak saat itu suami semakin jarang pulang dan jarang berkomunikasi hingga berbulan bulan. Belum ada aplikasi wa atau fb di tahun 80-an.

Baru saja saya melihat video seorang Biksu yang sedang meminta bekal dari para warga, kemudian dihampiri dan dipeluk oleh seorang anak perempuan yang berusia sekitar 5-6 th yang menurut kisahnya adalah anak kandung si pria sebelum menjadi Biksu.
Sambil menangis tersedu sedu si anak memeluk erat ayahnya seakan tidak rela dan tidak mau berpisah dengan si ayah.

Jujur saya katakan setiap hari setiap pagi tidak pernah lupa sebelum saya pergi ke kantor saya selalu memandang wajah kedua anak saya yang masih tidur (2 1/2 th dan 10 th) dan mencium pipi mereka. Kalau mereka kebenaran sudah bangun, mereka biasanya mengantar saya sampai saya memasuki mobil sambil melambaikan tangan bye... bye...
Setiba di kantor, saya juga kirim wa ke istri saya untuk memberitahu bahwa saya sudah ada di kantor dengan selamat.
Sampai detik ini sulit sekali bagi saya untuk membayangkan kalau saya harus meninggalkan istri dan anak anak saya hanya dengan alasan melayani sesama atas “Panggilan Tuhan”.
Bagi saya, agama itu memang perlu tetapi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga atas dasar cinta kasih-NYA tidak harus dikorbankan. Bukankah ada banyak cara bekerja untuk kemanusiaan ??

Suatu hari seorang pria datang dan bertanya kepada Mother Teresa : “Mother Teresa, kenapa ada banyak orang di Afrika mati kelaparan”.
Kemudian Mother Teresa menjawab: “Anda tidak perlu berpikir terlalu jauh mengenai kesusahan orang lain di sana. Sekarang pulanglah dan temuilah keluarga anda. Berikanlah cinta kasih sejati kepada istri dan anak anak anda”.


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment