Thursday, March 22, 2018

KEPUTUSAN MANA YANG KITA AMBIL ?



Berpostur tubuh tinggi tegap dan atletis, seorang anggota Polisi bernama Dennis Yaklich (juga gym instructor di Kepolisian) sangat dihargai dan dikagumi oleh kawan seprofesinya bukan karena kecakapannya menangkap penjahat tetapi juga keberaniannya menyergap si penjahat dalam keadaan sesulit dan beresiko kehilangan nyawanya.

Di balik keberhasilannya, Dennis yang bertemperamen tinggi (akibat kebanyakan mengkonsumsi steroid) sering tidak mampu mengontrol prilakunya terhadap istrinya yang bernama Donna.
Sedangkan Donna tidak berani melaporkan prilaku suaminya karena takut dibunuh. Jadi, semua kepiluan hati ditahan bersama sakitnya wajah memar, mata sembab dan bibir pecah akibat dijadikan karung sansak oleh sang suami.

Pernah sekali waktu Donna mencoba curhat kepada seorang teman baik suaminya yang juga seorang Polisi, tetapi teman baik suaminya malah tidak percaya akan prilaku Dennis terhadap Donna.
Sampai pada akhirnya Donna tidak tahan menerima perlakuan suaminya, Donna menyewa 2 orang kakak beradik untuk membunuh Dennis.

Dari hasil pernikahan mereka memiliki seorang anak laki laki. Pada tahun 1985, Polisi Dennis tewas diberondong peluru tepat di depan rumahnya ketika baru turun dari mobilnya.
Setelah menangkap kedua pelaku, konspirasi pembunuhan Dennis yang disutradarai oleh istrinya sendiri yaitu Donna pun terungkap.

Donna dijatuhi hukuman penjara 40 tahun. Sedangkan kedua pembunuh bayaran diganjar masing masing 20 dan 30 tahun penjara.
Setelah menjalani beberapa tahun di dalam penjara, Donna bilang kepada putranya (Denny) yang saat itu baru lulus SMA dan akan melanjutkan sekolah ke San Francisco: “Bila mama tidak membunuh ayahmu, maka mamalah yang akan mati ditangannya. Satu hal yang sangat membuat mama begitu khawatir dalam hidup mama, yaitu berpisah dengan kamu, anak mama”.

Pada tahun 2005, Donna yang saat itu sudah berumur 50 th diputuskan oleh pengadilan di Colorado menjalani hukuman luar tahanan untuk sisa masa hukumannya.

Terkadang hidup sulit kita pahami. Ibarat satu kaki menginjak ranjau sedangkan kaki lainnya tak bisa berlari. Kalau kaki yang menginjak ranjau kita angkat maka ranjau akan meledak. Bila tidak diangkat maka kita harus menanggung deritanya.


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw.

No comments:

Post a Comment