Thursday, March 22, 2018

KUDA HITAM ITU TELAH MUNCUL



Bagi kita yang lahir sebelum tahun 1975 akan merasakan bagaimana rezim Soeharto berkuasa. Kita juga dapat merasakan bagaimana besarnya pengaruh nama “Keluarga Cendana” dalam menguasai segala bidang usaha di Indonesia.

Dalam film God Father kita mengenal istilah “An Offer You Can’t Refuse”, anda menentang berarti anda mati. Demikianlah bila anda berurusan dengan “Keluarga Cendana” pada zaman orde baru.
Saya ingin bertanya, berapa banyak diantara kalian yang membenci anggota Keluarga Cendana ?? dan berapa banyak dari kalian yang membenci mereka karena kalian merasa iri terhadap kebebasan mereka menggunakan kekuasaan dan pengaruh Presiden Soeharto untuk menumpuk kekayaan mereka.

Janganlah kita munafik.
Saya pribadi akan katakan jujur, seandainya ayah saya adalah seorang Presiden RI yang berkuasa selama puluhan tahun, dan saya dibesarkan di lingkungan Istana negara maka saya pun akan memanfaatkan kekuasaan dan jabatan ayah saya sebagai Presiden RI untuk memperlancar bisnis dan menumpuk harta kekayaan saya.

Kalian suka atau tidak suka, tapi minimal saya berkata jujur. Ada bagusnya juga saya terlahir dan dibesarkan bukan dari keluarga pejabat maupun dari keluarga konglomerat.
Jadi, dengan kata lain saya mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh putra putri bahkan cucu cucu Presiden Soeharto dengan memanfaatkan jabatan Soeharto untuk memperlancar bisnis dan menumpuk kekayaan pribadi adalah suatu hal yang normal karena sifat ego manusia seringkali bertentangan dengan sifat moral positive manusia tersebut.

Kalau saja Tommy Suharto tidak membunuh Hakim Agung maka dia tidak akan pernah menjadi residivis melainkan akan hidup nyaman seperti kakak dan adiknya sambil menikmati uang billions dollar-nya.

Sampai hari ini saya masih belum yakin Pak Prabowo akan kembali maju menjadi rival Pak Jokowi pada Pilpres 2019. Apalagi setelah resminya Hutomo Mandala Putra alias Tommy Suharto menjadi Ketua Umum Partai Berkarya, membuat situasi dan peta politik di Indonesia akan membuat kompetisi semakin panas.

Saya tidak yakin Pak Prabowo akan kembali menggelontorkan uang trilyunan rupiah hanya untuk mengkampanyekan dirinya menjadi CaPres (sudah merasakan beberapa kali gagal). Tetapi saya justru melihat Pak Prabowo mungkin akan “mendonasikan” uang ratusan milyard rupiah untuk mengusung mantan adik iparnya - Tommy Suharto melawan Pak Jokowi. Di samping itu saya juga perkirakan masih ada banyak warga desa yang masih loyal kepada Almarhum Presiden Soeharto yang akan siap menjadi pendukung “Keluarga Cendana”.

Seandainya perkiraan saya ini benar dan Tommy Suharto maju menjadi CaPres, akankah partai partai politik berbasis agama tetap mendukung Pak Jokowi ?? (saya meragukannya)
Lalu bagaimana dengan MUI, apakah akan bersikap netral ?? (tidak condong ke Jokowi maupun Tommy).
Perlu kita ingat bahwa pada awalnya MUI dibentuk tahun 1975 (oleh Soeharto) salah satu alasannya adalah untuk membendung PKI.
Sedangkan issu PKI bangkit sudah muncul sejak kampanye Pilpres 2014 dimana Pak Jokowi sudah difitnah sebagai antek PKI dan baru baru ini malah seorang Purnawirawan menuduh (fitnah tanpa bukti) Parpol dimana Pak Jokowi bernaung yaitu PDIP banyak menampung antek PKI.

Sepertinya tiada cara lain bagi Pak Jokowi untuk memenangi pertarungan Pilpres 2019 yaitu selain terus mencoba merangkul partai Non-Agama (termasuk Partai Demokrat), beliau juga harus terus menempel NU seerat eratnya.
Bila Pak Jokowi lengah melepas atau dilepas NU, maka janganlah terlalu berharap untuk meraih 2 periode.

Salah satu keunggulan Pak Jokowi adalah tidak ada satupun anak anaknya termasuk Ibu Iriana yang memanfaatkan jabatan dan kekuasaan Pak Jokowi sebagai Presiden RI.


Sejahtera dan sehat selalu.
Raymond Liauw.

No comments:

Post a Comment