Tamparan menghujani wajah yang sudah babak belur
Apakah kau masih belum puas membuatnya hancur
Haruskah jiwa lepas dari raga yang kelak kau jadikan bubur
Kau
gunakan keperkasaan untuk menyiksa wanita
Kau
pikir kau menang karena membuatnya menderitaNyalimu tak lebih besar daripada sebuah biji delima
Pengecut semestinya kau diberi nama
Lalat
muak menatap keperkasaanmu
Kumbang
jengah memandangi kelakuanmuBangkai jijik melihat aksimu
Bahkan sampahpun merasa rendah karena disamakan denganmu
Bukankah
Negara kita adalah Negara hukum
Haruskah
jiwanya melayang agar ada berita yang dirangkumKayu Cendana di dasar comberan tak lagi harum
Senja mengutuk perbuatanmu tanpa senyum
Raymond Liauw
No comments:
Post a Comment