Saturday, August 31, 2013

PUISI MOHON KESUBURAN

Kerikil bermimpi fatamorgana
Bukit curam mengintai prahara
Kemarau enggan untuk mereda
Kekeringan selalu datang menyapa

Rajawali melayang dari ranting ke ranting
Garang matahari menembus setiap sudut tebing
Tak setetes embunpun berpihak pada tanah kering
Lapisan bumi sudah terlalu garing

Rumput kering pasrah pada kematian
Retak tanah melebarkan senyuman
Tiada lagi bangau mempersembahkan tarian
Alam menyumbat mata air tanpa belas kasihan

Sayup sunding tongkeng bermelody syahdu
Tanpa taburan bunga bersimfoni rindu
Menyeret kegersangan keluar dari dalam kalbu
Mengalun dari hati yang sangat pilu

Lamunan terkais menanti gema suara
Semakin dalam lubang tanpa uluran tangan menyerta
Adakah Malaikat Allah diutus sekedar tuk menyapa
Semoga puisi ini tiba ke tangan Sang Pencipta


Salam kasih dan sejahtera selalu,
Raymond Liauw

No comments:

Post a Comment