Di dalam perahu yang mendorongku ke ujung bumi
Kuhembuskan napas iman menelusuri bukit berduri
Melihat suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri
Sekelompok burung camar berdiri di pinggir pantai
Berharap belas kasih untuk sepotong nasi
Ratusan pasang mata jalang mengintai
Mencoba untuk merenggut setiap jiwa insani
Seribu jalan yang terkena gempa masih segar merekah
Air bah turut bertumpah ruah
Panasnya bumi memaksa gunung berapi bermuntah
Namun kerasnya hatimu masih belum mau berubah
Apakah ini yang dikehendaki oleh Sang Pencipta
Alam menggulirkan bencana dan derita
Sedangkan di balik kelambu kau berpesta
Bahkan tidurpun kau beralaskan harta
Ombak selalu datang dan pergi
Begitupun berkat Allah yang tidak pernah berhenti
Banyak sekali lumbung kosong yang perlu diisi
Berbagi berkat kepada mereka tak akan membuatmu lapar dan mati
Salam
kasih dan sejahtera selalu,
Raymond
Liauw
No comments:
Post a Comment